Jakarta (ANTARA News) - Badan Pelaksana Hulu Migas (BP Migas) memperkirakan penanganan semburan lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur, membutuhkan waktu sekitar satu bulan, dan semburan itu terjadi karena adanya rekahan sekitar lokasi pengeboran akibat gempa yang mengguncang Yogyakarta serta sebagian Jawa Tengah baru-baru ini. Deputi Operasi BP Migas Dodi Hidayat di Jakarta, Kamis, mengatakan mulai Jumat (9/6), solusi jangka pendeknya adalah mengalirkan air ke kali yang sudah tidak berfungsi dan menampung padatan lumpur. "Sedangkan solusi jangka menengah dan panjangnya adalah penanganan sumber masalah yang sudah teridentifikasi dan terkonsep penyelesaiannya," ujarnya. Menurut dia, minggu depan tim inti BP Migas akan datang guna memfinalisasi rencana kerja dan konsep penanganan secara detil dengan Tim PT Lapindo Brantas dan Tim Pemda Jatim. Sementara Deputi Umum BP Migas Bangun Usman Harahap menambahkan, semburan lumpur panas tersebut terkait peristiwa vulkanik yang kebetulan berdekatan dengan lokasi pengeboran sumur milik Lapindo. "Jadi, ini musibah dan tidak mungkin Lapindo sendiri yang mengatasinya," katanya. Bangun menyatakan, BP Migas akan menjelaskan secara teknis dan ilmiah supaya masyarakat mengetahui secara benar kejadian itu. Sejak akhir Mei lalu, lumpur panas yang disertai gas yang berbau menyengat menyembur keluar dari sumur pengeboran Banjar Panji milik Lapindo di Desa Siring, Porong, Sidoarjo. Manajemen Lapindo mengungkapkan, semburan lumpur itu disebabkan gempa Yogyakarta yang membuat rekahan di sekitar lokasi pengeboran. Akibat kejadian itu, permukiman penduduk, sawah, dan tambak seluas belasan hektare hingga sebagian badan jalan tol ruas Surabaya-Gempol yang dioperasikan PT Jasa Marga terendam lumpur panas.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006