Lampung Selatan (ANTARA) - Dinas Peternakan Kabupaten Lampung Selatan menyebut 36 sapi terpapar penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit kulit berbenjol pada sapi di daerah tersebut

"Sampai saat ini untuk hewan ternak sapi yang terpapar LSD ada 36 ekor dan sudah dilaporkan ke sistem," kata Kepala Dinas Peternakan Lampung Selatan Rini Ariasih, di Kalianda, Rabu.

Kasus penyakit LSD, lanjutnya, ditemukan di Kecamatan Merbau Mataram, Tanjung Bintang, Jati Agung, dan Natar.

Ia mengatakan telah melakukan berbagai upaya seperti edukasi dan sosialisasi penyakit LSD tersebut ke para peternak guna mengantisipasi penyebaran yang lebih luas.

"Edukasi ke peternak dan pelaku usaha. Sosialisasi ke peternak dalam berbagai kesempatan, seperti saat breifing, meeting, serta edukasi melalui siaran radio DB FM," katanya.

Untuk penanganan pertama, kata dia, pihaknya telah memberikan suntikan vitamin kekebalan tubuh bagi sapi yang menderita penyakit LSD tersebut.

Baca juga: Puluhan ekor ternak sapi di Lampung Barat terjangkit penyakit LSD

"Pemberian desinfektan dan penyemprotan ke kandang-kandang hewan ternak dan sudah melakukan vaksinasi LSD di beberapa titik, menyesuaikan alokasi vaksin yang sudah diterima," ujarnya.

Rini mengimbau peternak agar rajin membersihkan kandang dan sekitarnya.

"Gunakan obat pembasmi lalat atau serangga sejenis untuk meminimalisir jumlah lalat dan nyamuk di sekitarnya, karena lalat ini menjadi vektor yang ikut menyebarkan penyakit LSD," ujarnya. 

LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika, pada tahun 1929 dan terus menyebar di benua Afrika, Eropa, dan Asia. Pada tahun 2019 LSD dilaporkan di China dan India, lalu setahun setelahnya menyebar di Nepal, Myanmar, dan Vietnam.

Pada tahun 2021 LSD telah dilaporkan di Thailand, Kamboja, dan Malaysia. Tahun ini baru ditemukan di Indonesia.

Baca juga: Kementan sediakan 476 ribu vaksin untuk wabah LSD sapi di Sumatera
Baca juga: Membendung penyakit LSD pada sapi


 

Pewarta: Riadi Gunawan
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2023