Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membuka peluang kerja sama dengan sektor swasta untuk membantu pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.
 
Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN Topan Setiadipura mengungkapkan tidak ada dukungan pendanaan spesifik untuk membangun PLTN komersial maupun non komersial menjadi tantangan.
 
"Potensi besar BRIN saat ini adalah bekerja sama dengan swasta untuk membangunnya," ujar Topan Setiadipura dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
 
Topan menjelaskan bahwa untuk membangun kompetensi yang lebih terarah, maka harus ditetapkan target berupa PLTN yang terealisasi.
 
BRIN memiliki dua konsep pembangunan PLTN yaitu konsep dengan desain yang dikembangkan oleh BRIN dan implementasi desain serta teknologi orang lain.

Baca juga: BRIN: PLTN hasilkan energi listrik lebih efisien dengan emisi rendah
 
"Namun, tahapannya berujung pada funding untuk implementasi tersebut. Pada tahapan izin tapak dan persetujuan desain, kami siap mendukung penuh dari sisi teknis," terangnya.
 
Lebih lanjut Topan mengungkapkan bahwa BRIN akan lebih mudah untuk membangun reaktor riset atau non-komersial selama ada pihak yang menanggung pendanaan.
 
BRIN juga dapat membangun reaktor komersial dengan kapasitas kecil yang hanya digunakan di kompleks pemakai, tidak dijual ke pasar, bersifat tertutup, dan hanya untuk konsumsi pemakai saja.
 
"Kami selalu mengajak para vendor yang memiliki teknologi yang hendak mengkampanyekan teknologinya di Indonesia," ucap Topan.
 
Pada 16 Mei 2023 BRIN melakukan pertemuan dengan tim dari PT Azet Surya Lestari membicarakan usaha merealisasikan PLTN di Indonesia.
 
Perusahaan ini merupakan bagian dari Ultra Safe Nuclear Corporation (USNC) yang berbasis di kota Seattle, Amerika Serikat.

Baca juga: Peneliti: Perlu komitmen pemerintah bangun PLTN dukung bebas emisi
Baca juga: BRIN perkuat penguasaan teknologi nuklir

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2023