Jakarta (ANTARA) - Produsen baja nasional PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) mengumumkan penggunaan Static Var Compensator (SVC) dalam aspek operasional perusahaan sebagai komitmen untuk melakukan efisiensi energi.

Direktur Corporate Affairs GRP Fedaus menyatakan pada 2022 perusahaan telah meluncurkan Buku Panduan Strategi Environmental, Social and Governance (ESG) yang berisi langkah-langkah yang akan ditempuh oleh perusahaan dalam proses transisi menjadi perusahaan yang ramah lingkungan dalam beberapa tahun mendatang.

"Fasilitas ini merupakan implementasi konkrit dari rencana GRP, dimana ini sesuai dengan pilar ke-3 dari strategi ESG kami yaitu Transisi Energi dan Solusi Rendah Karbon," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, perusahaan juga telah berinvestasi lebih dari 7 juta dolar sebagai perwujudan komitmen dalam pembangunan fasilitas tersebut.

Pengerjaan fasilitas SVC ini dilakukan bersama dengan mitra pelaksana, ABB Indonesia dan ABB Swiss, yang berkontribusi dalam desain, teknik, dan pengiriman material serta menyediakan peralatan untuk digunakan.

SVC adalah teknologi yang digunakan GRP untuk meningkatkan efisiensi dan keandalan sistem kelistrikan pabrik. Teknologi ini memungkinkan GRP untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon yang dihasilkan oleh sistem kelistrikan pabrik.

Selain itu, penggunaan peralatan ini juga dapat meningkatkan keandalan sistem kelistrikan pabrik dan mengurangi biaya perawatan dan penggantian peralatan.

Dengan mengimplementasikan desain yang dioptimalkan, bus tegangan menengah yang merupakan bagian dari sistem distribusi listrik, tetap stabil yang menghasilkan transfer daya maksimum ke tungku. Ini menghasilkan pengurangan waktu tap-to-tap dan hemat energi sekitar 5-6%.

Menurut data dari International Energy Agency (IEA), industri baja menyumbang sekitar 7 persen dari total emisi gas rumah kaca global.

Sementara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan bahwa sektor industri secara keseluruhan merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca tertinggi kedua di Indonesia setelah sektor energi.

Oleh karena itu diperlukan kerjasama mulitpihak dalam menurunkan emisi gas rumah kaca, terlebih pemerintah Indonesia telah menaikkan target NDC 2030 dari 29 persen menjadi 31,8 persen untuk menuju karbon netral tahun 2060 atau lebih cepat.

"Melalui penggunaan teknologi ini, GRP menunjukkan komitmennya dalam menjalankan operasional perusahaan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," ujar Fedaus.

Pihaknya berharap upaya yang dilakukan tersebut dapat menginspirasi perusahaan lain untuk mengadopsi teknologi yang serupa dan berkontribusi dalam mencapai tujuan keberlanjutan dari pemerintah serta memberikan nilai lebih secara global.

Sebelumnya upacara peresmian secara simbolis dilakukan oleh Direktur Corporate Affairs GRP Fedaus bersama Local Business Line Manager ABB Process Industries for Southeast Asia Pierre Leretz, dihadiri perwakilan PT PLN (Persero) UP3 Cikarang, manajemen ABB Indonesia dan GRP.

Sementara itu, Pierre Leretz dari ABB mengatakan kerja sama dengan GRP untuk memperkenalkan teknologi SVC tersebut sejalan dengan komitmen pada strategi keberlanjutan 2030, untuk secara aktif menuju masyarakat rendah karbon.

Dalam upaya tersebut, pihaknya menyediakan motor dengan efisiensi tinggi yang dapat mengurangi 40 persen pemborosan energi sehingga mampu membantu perusahaan mencapai tujuan keberlanjutannya dan memberikan manfaat bagi lingkungan wilayah sekitar.


Baca juga: Semen Indonesia terus dorong penerapan efisiensi dan konservasi energi

Baca juga: Kementerian ESDM: Efisiensi cara termurah hadapi krisis energi global

Pewarta: Subagyo
Editor: Nurul Aulia Badar
COPYRIGHT © ANTARA 2023