Beijing (ANTARA News) - Polusi udara akut di Beijing memicu jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernafasan akut meningkat drastis, hingga 54 persen ketimbang sebelumnya hanya dalam dua pekan terakhir Januari 2013 ini. 

Pusat Medis Darurat Beijing, Rabu, menyatakan, hingga kini pihaknya telah menerima sekitar 554 orang penderita ISPA itu. 

Di Beijing sejak Selasa (22/1), kembali diselimuti kabut tebal polusi. Alat pemantau polusi udara setempat mencatat tingkat polusi pada hari ini mencapai tingkat yang sangat serius dengan indikator status "kuning".

Pada Rabu siang, dalam 24 jam terakhir rata-rata tingkat polutan dengan partikel PM2,5 yang sangat halus dan mampu menembus paru-paru manusia, mencapai 300 mikrogram per meter kubik udara.

Angka itu sepuluh kali lebih tinggi dari angka yang dapat ditoleransi dan aman dihirup manusia berdasar ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

Kemajuan ekonomi berbasis industri di China pada satu sisi mencengangkan dunia. Namun di sisi lain membawa bencana bagi warga negara berpenduduk lebih dari 1,2 miliar jiwa itu. Berbagai reportase terkait "harga yang harus dibayar" bagi kemajuan ekonomi namun membahayakan warganya itu sudah sering dipublikasikan.

Berdasar laporan yang dikeluarkan Sekolah Kesehatan Umum Universitas Peking dan Greenpeace pada Desember, partikel polutan 2,5 mikron diperkirakan telah mengakibatkan kematian dini sekitar 8.572 orang di Beijing, Shanghai, Guangzhou, dan Xi'an.

Satu hal penting, China memakai batubara sebagai sumber energi utamanya di berbagai pembangkit listrik di seluruh negeri itu. 

(R018/R010) 

Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2013