Banda Aceh (ANTARA News) - Sekitar 64 unit rumah bantuan Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias di kawasan Dusun Mon Singet, Desa Kahju, Kecamatan Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar, dilaporkan sudah rusak sebelum warga mengisi rumah tersebut. Wartawan ANTARA News dari lokasi yang berjarak sekitar 8 Km dari Banda Aceh, Jumat, melaporkan, sejumlah rumah yang dibangun BRR untuk korban tsunami tidak layak huni, bahkan ada yang semen lantainya sudah pecah-pecah, padahal rumah tersebut belum ditempati warga. Kawasan Dusun Mon Singet merupakan kawasan pinggir pantai dan merupakan salah satu wilayah yang cukup parah terkena musibah tsunami, dan seluruh rumah penduduk hancur rata dengan tanah. Selain BRR, ada NGO internasional, Islamic Relief juga sedang membangun rumah untuk korban tsunami, dan kualitasnya jauh lebih baik dibandingkan dengan rumah bantuan BRR. Amiruddin (52), tokoh masyarakat dan Imam meunasah di desa tersebut, menyatakan, hampir 40 persen rumah bantuan BRR yang dibangun di wilayahnya tidak layak huni, karena sudah banyak yang rusak. Ia menilai, rendahnya mutu rumah BRR tersebut karena selain campuran semen kurang tepat, juga kayu yang digunakan untuk kosen pintu dan jendela, serta tiang penyangga, bermutu rendah, sehingga mudah lapuk. Disebutkan, banyak daun pintu dan jendela sudah renggang, bahkan ada kunci pintunya yang sudah rusak, sehingga tidak bisa dibuka. "Warga di sini sudah sepakat tidak akan menerima rumah bantuan BRR, karena kualitasnya tidak bagus. Kami bukan tidak berterima kasih, tapi kalau rumahnya seperti ini, percuma saja, kami akan banyak mengeluarkan uang untuk memperbaiki dari awal lagi," ujarnya. Amiruddin menyatakan, BRR sepertinya tidak serius untuk membantu korban tsunami, seharusnya BRR menempatkan pengawas untuk mengontrol pembangunan rumah tersebut, sehingga kontraktor tidak sembarangan membangun rumah. Sementara itu, di dusun sebelahnya, yakni Dusun Lamcalok, sebanyak 30 unit rumah yang juga dibangun BRR ditelantarkan begitu saja, karena dibiarkan pemiliknya yang ternyata sudah memiliki rumah di Banda Aceh. Tokoh pemuda setempat, Misnan Jahari menyatakan, sepertinya BRR membangun rumah asal ada saja, sehingga rumah yang sudah selesai dua bulan lalu tidak ditempati pemiliknya yang rata-rata sudah punya rumah di Banda Aceh. "Sebanyak 30 unit rumah tipe 36 tersebut sudah selesai dibangun dua bulan lalu, tapi tidak satu rumah pun yang dihuni warga, karena pemilik rumah tersebut ternyata sudah punya rumah di Banda Aceh," ujarnya. Misnan yang istri dan anaknya menjadi korban tsunami tersebut mengaku dirinya belum mendapat bantuan rumah, karena tidak punya tanah. Ia mengaku, sebelum tsunami ia bersama istri dan anaknya menyewa rumah di kawasan tersebut. Jadi yang mendapat rumah hanya warga yang memiliki tanah, sehingga NGO dan BRR bersedia membantu, ujarnya. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006