Bamako (ANTARA News) - Pasukan pimpinan Prancis Sabtu merebut kembali kubu kaum Islamis Gao dalam sebuah peningkatan spektakuler dari ofensif 16 hari melawan pemberontak yang punya kaitan dengan Al Qaida yang menguasai gurun luas Mali utara.

Perebutan Gao, kota paling padat di wilayah bagian utara Mali kurang lebih seluas Texas, diumumkan oleh Kementerian Pertahanan Prancis dan dikonfirmasi sumber-sumber keamanan Mali.

Paris mengatakan pasukan dari Niger dan Chad "akan memegang tongkat komando" dan bahwa wali kota Gao Sadou Diallo akan tiba di Gao dari ibu kota Bamako Sabtu mendatang.

"Kontingen pasukan pertama Mali, Chad dan Niger sekarang berada di Gao untuk membantu mengamankan kota tersebut," kata sumber keamanan Mali kepada AFP melalui telepon dari kota itu.

Dalam gerakan seperti penjepit paralel, pasukan dari Chad dan Niger bergerak ke arah perbatasan Mali dari kota Niger Ouallam, yang terletak sekitar 100 kilometer tenggara Gao.

Pasukan pimpinan Prancis semalam menguasai lapangan udara Gao dan jembatan utama di pintu masuk bagian selatan kota itu, yang dikuasai Gerakan bagi Keutuhan dan Jihad di Afrika Barat (MUJAO).

Sumber-sumber Kementerian Pertahanan Prancis mengatakan dalam sebuah laporan di surat kabar Prancis Le Monde bahwa ratusan kaum Islamis tewas sejak intervensi militer Prancis di Mali adalah "mungkin".

Sebuah aliansi pemberontak Tuareg yang ingin mendeklarasikan tanah air merdeka di utara dan kelompok-kelompok Islamis garis keras menguasai kota-kota bagian utara Gao, Timbuktu dan Kidal pada April tahun lalu menyusul kudeta di Bamako.

Kelompok-kelompok Islamis itu termasuk MUJAO, Ansar Dine, sebuah kelompok Islamis didikan dalam negeri, dan Al Qaida di Maghreb, dimana MUJAO merupakan cabangnya.

Kaum Islamis tersebut kemudian mencegah Tuareg untuk mengimplementasikan agenda mereka sendiri.

Penafsiran keras hukum syariat Islam mereka membuat pelanggar dicambuk, dirajam dan dieksekusi, dan mereka melarang musik dan televisi serta memaksa wanita mengenakan cadar.

Perdana Menteri Prancis Jean-Marc Ayrault mengatakan pasukan kini "mengepung Gao dan (akan) segera mendekati Timbuktu," kota karavan yang banyak diceritakan di pinggir gurun Sahara yang selama berabad-abad merupakan pusat belajar Islam penting.

Sementara MUJAO mengatakan pihaknya siap berunding untuk membebaskan Gilberto Rodriguez Leal, seorang warga negara Prancis keturunan Portugis yang diculik di Mali bagian barat pada November.

"MUJAO siap merundingkan pembebasan Gilberto," kata juru bicara Walid Abu Sarhaoui. "Kami orang Muslim dapat memahami masalah perang," tambahnya, tanpa menjelaskan.

Namun Ayrualt mencerca tawaran tersebut, mengatakan "kami tidak menyerah pada ancaman" dan menambahkan: "Kami tidak dapat menyerah pada terorisme karena jika ini masalahnya mereka menang tiap kali."

Sementara itu para kepala pertahanan Afrika Barat bertemu untuk meninjau kembali penempatan lambat pasukan regional guna mendukung ofensif pimpinan Prancis melawan militan Islamis pada pertemuan darurat di kota utama Pantai Gading Abidjan.

Meskipun blok regional Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) telah menjanjikan lebih dari 4.500 tentara, penempatan mereka telah tertunda karena masalah keuangan dan logistik.

Chad, yang bertetangga dengan Mali dan bukan anggota ECOWAS, telah menjanjikan total 2.000 pasukan tambahan. Mereka dikirim ke Niger untuk bergabung dengan 500 tentara lokal untuk membuka front baru melawan kaum Islamis.

Sementara sebagian pasukan Afrika telah berdatangan di Bamako dan dengan lambat ditempatkan ke lokasi lainnya, pasukan Prancis dan Mali sejauh ini yang melakukan semua pertempuran.

Prancis telah menempatkan 2.500 pasukan ke Mali. (K004)

Penerjemah:
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2013