Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi dan juga Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN), Aviliani, mengatakan bahwa banyak investor asing yang masih belum berinvestasi untuk sektor riil di Indonesia.

"Indonesia akan tetap menarik bagi para investor untuk menaruh uangnya di Indonesia. Namun, untuk sektor riil masih banyak kendala dalam kebijakan kita," kata Aviliani, di Jakarta, Senin.

Aviliani menjelaskan bahwa banyak perubahan-perubahan kebijakan yang tidak mengantisipasi para investor sehingga para investor yang menanyakan tentang kepastian hukum di Indonesia.

"Hal tersebut mengakibatkan banyak investor yang menaruh uangnya di pasar modal, dan hal itu harus dikurangi," ujar Aviliani.

Aviliani berharap investor tidak hanya bermain di pasar modal, tetapi juga sektor riil yang bisa menyerap tenaga kerja.

"Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), kenaikan investor masih baru pada sektor pertambangan, bukan untuk sektor padat karya," kata Aviliani.

Hal tersebut, lanjut Aviliani, salah satunya disebabkan belum adanya insentif fiskal dan juga beberapa faktor lainnya.

Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi periode Januari--Desember 2012, secara kumulatif sebesar Rp313,2 triliun, yang terdiri atas realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp92,2 triliun dan realisasi penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp221,0 triliun atau 24,6 miliar dolar AS.

Untuk realisasi PMA berdasarkan sektor usaha, yang termasuk dalam lima besar adalah pertambangan sebesar 4,3 miliar dolar; transportasi, gudang, dan telekomunikasi 2,8 miliar dolar; industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi 2,8 miliar dolar.

Kemudian, industri logam dasar, barang logam, mesin, dan elektronik sebesar 2,5 miliar dolar; industri alat angkutan dan transportasi lainnya 1,8 miliar dolar.

Realisasi PMA didominasi Singapura 4,9 miliar dolar, Jepang 2,5 miliar dolar, Korea Selatan 1,9 miliar dolar, Amerika Serikat 1,2 miliar dolar, dan Mauritius 1,1 miliar dolar.

(V003)

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2013