Makkah (ANTARA News) - Hujan yang membasahi kawasan Masjidil Haram 29 Januari lalu membuat debu yang biasanya memenuhi udara hilang sehingga peziarah yang datang dari berbagai belahan dunia bisa menghirup udara pagi yang bersih dan segar.

Hujan yang turun selama sekitar dua jam dan membuat pelataran masjid basah dan licin tak menyurutkan jemaah untuk melakukan tawaf.

Pagi itu mereka bisa mengelilingi Ka'bah sambil berdoa dengan nyaman dan tenang karena dentuman suara mesin penghancur bangunan belum terdengar.

Usai shalat Subuh tenaga mekanik biasanya mulai bekerja mengoperasikan puluhan alat berat yang kini berada di sekitar  kompleks Masjidil Haram.

Sebagian bangunan hotel di sekitar Masjidil Haram dirobohkan untuk mewujudkan mega proyek perluasan masjid yang diproyeksikan berakhir tahun 2020, mengurangi pemondokan jamaah di dekat masjid yang tentunya berimplikasi pada persaingan untuk mendapatkan penginapan pada musim haji.

Tahun 2012 saja, saat bangunan hotel di dekat kompleks masjid masih cukup banyak, pemerintah Indonesia menyatakan sudah kesulitan mendapatkan pondokan yang berada dekat dengan Masjidil Haram.

Tahun ini tim perumahan dan transportasi haji pemerintah yang mulai bekerja sejak medio Januari 2013 harus bekerja maksimal untuk mendapatkan lokasi pondokan yang dekat dengan Masjidil Haram. Pekerjaan itu kini tidak ringan.


Bayangan

Bayangan untuk mendapat 100 persen pondokan haji yang berada dekat dengan Masjidil Haram, maksimal sampai sekitar dua kilometer dari masjid, sekarang sedikit kabur karena jumlah hotel yang dekat dengan kompleks Masjidil Haram sekarang bisa dihitung dengan jari tangan.

"Semakin berat rasanya untuk tahun 2013 ini bagi Jemaah haji Indonesia untuk mendapatkan pondokan terdekat," kata Kepala Rumah Tangga Kantor Misi haji Indonesia, Adam, di kawasan Masjidil Haram pada 28 Januari lalu.

Menurut Kepala Staf Teknis Urusan Haji (TUH) di Jeddah, Syairozi Dimyathi, sekitar 28 persen dari seluruh hunian bagi Jemaah haji Indonesia pada 2013 akan berada kawasan baru yang jaraknya kemungkinan tidak dekat dengan kompleks Masjidil Haram.

Syairozi memperkirakan, sekitar 50 ribu anggota jemaah haji Indonesia 2013 akan tinggal di kawasan baru karena kawasan penginapan lama yang dekat dengan masjid sudah dibongkar.

Ia menjelaskan, kawasan pondokan favorit jemaah haji seperti Syib Amir, Jafarah dan Ma`la sekarang sudah dibongkar, demikian juga sebagian penginapan di daerah Misfalah.

Pembongkaran bangunan, katanya, juga sudah merambah ke kawasan Jabal Ka`bah, Hafair dan Syarif Mansyur.

Saat ini kawasan pemondokan jemaah haji yang paling dekat dengan kompleks Masjidil Haram ada di Jarwal dan Sulaimania yang kapasitasnya sekitar 40 ribuan orang dan Masbas Jin (Masjid Bin Bas) dengan kapasitas 60 ribuan penghuni.

Kondisi yang demikian, menurut mantan Kepala Daerah Kerja Makkah, Arsyad, --yang memimpin tim perumahan, pondokan dan katering haji 2013-- membuat usaha untuk mendapatkan pondokan terdekat dengan kawasan Masjidil Haram untuk jemaah haji tahun ini makin berat.

"Pemerintah sengaja mengirim tim perumahan, transportasi dan katering lebih awal agar seluruh penyelenggaraan ibadah haji dapat dilakukan lebih awal," kata Arsyad.

Tim perumahan, transportasi dan katering kini berada di Makkah untuk menjajaki kerja sama penyediaan pondokan dengan pemilik hotel setempat serta menemui pemilik perusahaan dan naqobah (asosiasi perusahaan bus) dan pengusaha katering setempat.

Setelah mendapat "lampu hijau" dari perusahaan penyedia penginapan, transportasi dan katering setempat, tim melanjutkan perundingan dengan muasasah untuk mendapat persetujuan dan legalitas.

Menurut Syairozi, pemerintah hanya bisa mendapatkan lebih banyak penginapan di dekat Masjidil Haram kalau bisa lebih awal membayarkan uang tanda jadi kontrak sewa kepada pemilik hotel yang besarnya sampai 50 persen dari total kontrak.

Jika hal itu tidak dilakukan sesegera mungkin, katanya, harapan untuk mendapatkan pemondokan jemaah yang dekat dengan Masjidil Haram bisa hilang.

(E001)

Oleh Edy Supriatna Sjafei
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2013