Bogota (ANTARA News) - Gerilyawan FARC mengatakan, Senin, perundingan perdamaian dengan pemerintah Kolombia tidak berada dalam krisis dan berjalan seperti biasa meski terjadi peningkatan kekerasan akhir-akhir ini.

Kelompok gerilya Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) mengatakan dalam sebuah pernyataan, spekulasi yang "berniat buruk" bahwa perundingan di Kuba telah mencapai tingkatan krisis merupakan "kreasi maya" media dan unsur-unsur sayap kanan yang ingin mengganggu proses itu.

"Perundingan di meja bergerak maju dalam pola normal, tidak ada yang berdiri atau mengancam pergi," kata kepemimpinan FARC dikutip Reuters.

"Sebaliknya, kedua pihak mencari kedekatan dalam masalah agraria, untuk segera mencapai kesepakatan berarti yang merupakan kemajuan untuk mengakhiri konflik dan mencapai perdamaian," tambahnya.

Dalam suasana tegang, para perunding FARC dan pemerintah berusaha mencapai kesepakatan pekan lalu mengenai pembangunan pedesaan -- bagian pertama dari agenda lima butir untuk mengakhiri konflik setengah abad di Kolombia.

FARC telah menyatakan menginginkan distribusi tanah yang lebih baik di Kolombia, yang kata mereka terpusat di tangan sejumlah orang.

Bentrokan meningkat akhir-akhir ini dan gerilyawan pekan lalu menculik tiga aparat keamanan dan tiga pekerja minyak.

FARC menyatakan, Sabtu, mereka akan membebaskan dua polisi dan satu prajurit untuk membantu meredakan ketegangan di Havana dan membangun kembali kepercayaan dalam perundingan.

Ketiga pekerja minyak yang diculik sudah dibebaskan.

Negosiasi di Havana dimulai lagi pada Januari setelah masa libur tiga pekan dan kedua pihak berjanji mempercepat perundingan untuk mengakhiri konflik terakhir di kawasan Amerika Latin itu.

Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba.

Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.

Babak perundingan terakhir yang diadakan pada 2002 gagal ketika pemerintah Kolombia menyimpulkan bahwa kelompok itu menyatukan diri lagi di sebuah zona demiliterisasi seluas Swiss yang mereka bentuk untuk membantu mencapai perjanjian perdamaian.

Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.

FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.

(M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2013