Den Haag (ANTARA News) - Komunitas sepak bola dunia pada Senin (4/2) waktu setempat bersumpah akan melawan momok pengaturan skor namun menyerukan dibutuhkannya upaya bersama untuk menyelesaikan masalah tersebut setelah kepolisian mengungkapkan jaringan kriminal yang mencurangi ratusan pertandingan.

FIFA menyatakan perlu kerja sama erat antara otoritas sepakbola dan aparat penegak hukum guna menghancurkan praktek pengaturan skor.

"FIFA dan komunitas sepak bola dunia berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan ini, tentunya kami tidak akan berhasil bila berjalan sendirian," kata mantan petugas Interpol yang sempat melaporkan korupsi di tubuh FIFA Ralph Mutschke.

"Dukungan lembaga penegak hukum, investigator resmi dan sanksi yang lebih tegas diperlukan, mengingat saat ini mereka (pelaku pengaturan skor) memiliki resiko kecil diiringi potensi keuntungan besar," kata dia menambahkan.

Sementara itu otoritas sepak bola Eropa UEFA menyatakan telah bekerjasaman dengan lembaga penegak hukum sembari mengatakan bahwa ini merupakan serius dan pihaknya tak menoleransi pengaturan skor dalam olah raga.

"Ketika hasil detail investigasi tersebut sudah kami terima, UEFA akan menganalisanya melalui komisi disiplin guna mempertimbangkan langkah apa yang perlu ditempuh," sebagaimana tertulis dalam pernyataan resmi UEFA.

Europol mengatakan penyelidikan di lima negara mengidentifiasikan 380 pertandingan mencurigakan menjadi target kartel taruhan bermarkas di Singapura yang melakukan aktivitas ilegal tersebut hingga melibatkan kalangan pemain, wasit bahkan ofisial pertandingan di seluruh dunia dan seluruh level pertandingan.

Di antara sejumlah pertandingan tersebut adalah dua laga Liga Champions yang salah satunya berlangsung di Inggris serta kualifikasi Piala Dunia memberikan keuntungan kartel tersebut sebesar delapan juta euro (Rp105 miliar).

"Ini jelas salah satu investigasi terbesar kami terkait dengan dugaan pengaturan skor," kata Kepala Europol Rob Wainwright dalam sebuah konferensi pers di Den Haag sembari mengatakan ini menjatuhkan reputasi laga-laga dunia.

"Ini merupakan perbuatan sebuah organisasi kriminal yang terorganisir dengan baik di Asia dan bekerja sama dengan fasilitator di seluruh Eropa. Pengaturan skor merupakan ancaman signifikan atas dunia sepak bola yang melibatkan sekelompok besar pelaku. Keuntungan ilegal yang dihasilkan dengan menodai pertandingan," ujar Wainwright menambahkan.

Pengungkapan kasus yang dilakukan pada Senin (3/2) menyusul peringatan dari Interpol pada sebulan sebelumnya terkait korupsi sepak bola skala global telah membantu dunia tercengkeram mafia selain melalui praktek prostitusi, perdagangan obat terlarang dan perdagangan senjata.

Kepala lembaga kepolisian global tersebut Ronald Noble sempata mengatakan berupaya menangkap tersangka skandal taruhan ilegal Italia di Singapura setelah melihat adanya hubungan antara salah satu tersangka dengan mafia setempat Tan Seet Eng alias Dan Tan pada November 2012 silam.

Investigasi yang melibatkan investigator dari Jerman, Hungaria, Slovenia, Finlandia dan Austria tersebut telah menetapkan hukuman bagi 14 orang dengan total keseluruhan durasi kurungan 39 tahun, kata Europol, yang sudah menyiapkan lebih dari 100 tuntutan selanjutnya.

Sedikitnya 425 orang wasit, pemain dan ofisial lain dicurigai keterlibatannya dalam pengacauan pertandingan supaya sejumlah besar uang dapat dimenangkan melalui bursa taruhan.

Europol menyebutkan, sebanyak 151 tersangka berdomisili di Jerman, 66 di Turki dan 29 di Swiss sementara tersangka-tersangka lain di seluruh Eropa masih diselidiki.

Europol tidak menyebutkan secara detail pertandingan liga mayor mana yang terduga mengalami pengaturan skor dengan alasan investigasi masih berlangsung.

Namun sebuah rekaman pertandingan yang diduga mengalami pengaturan skor dipertontonkan yaitu laga tingkat junior antara Argentina dan Bolivia dengan sorotan penalti kontroversial yang diberikan wasit asal Hungaria di babak perpanjangan waktu.

Keuntungan terbesar yang didapatkan dari taruhan adalah saat pertandingan antara Redbll Salzburg dan Hartberg di Liga Austria senilai 700.000 euro (Rp 9,2 miliar). Europol mengatakan bahwa dalam penangkapan tersebut juga disita barang bukti uang tunai dua juta euro (Rp26,3 miliar).

Sedikitnya 300 pertandingan lain yang dicurigai terjadi di luar Eropa seperti Afrika, Asia dan Amerika Tengah serta Selatan.

(G006/A008)

Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2013