Singapura (ANTARA News) - Citra Singapura sebagai salah satu negara paling bersih dari korupsi di dunia mendapat hantaman pada Selasa, setelah hasil penyelidikan mengungkap bahwa kelompok kriminal yang berada di negara-kota itu memiliki pengaruh dalam mengatur pertandingan-pertandingan sepak bola di Eropa dan tempat-tempat lain.

Ketika kepolisian tidak memberi komentar dan media-media pro pemerintah di negara itu mengecilkan berita ini, sejumlah warga Singapura terkejut, dan menganalisa seberapa jauh skandal itu dapat merusak citra baik negara ini, lapor AFP.

Upaya Singapura untuk melawan korupsi membantu mengubah negara itu menjadi tempat terpercaya untuk bisnis dan perbankan, membuat mereka mendapat penghargaan dari Transparency International dan Political and Economical Risk Concultancy yang bermarkas di Hong Kong.

Namun peristiwa terkini memberi indikasi bahwa Singapura adalah jantung kekaisaran pengatur pertandingan global, polisi Eropa mengatakan pihaknya telah mengetahui tindak kriminal ini pada ratusan pertandingan, termasuk Liga Champions dan kualifikasi Piala Dunia.

Europol mengatakan 380 pertandingan di lima negara dicurigai menjadi target bagi kartel perjudian yang bermarkas di Singapura, yang aktifitas-aktifitas ilegal ini tersebar di antara para pemain, wasit, dan ofisial di beberapa penjuru dunia.

300 pertandingan yang dicurigai telah diidentifikasi di Eropa, Afrika, Asia, dan Amerika Tengah dan Selatan, pada proses penyelidikan, demikian dikatakan Europol.

Peran Singapura di skandal pengaturan pertandingan telah jelas, dengan Wilson Raj Perumal yang dipenjara di Finlandia pada 2011 dan warga Singapura lain, Tan Seet Eng atau Dan Tan, diburu di Italia atas skandal "calcioscommesse."

Bagaimanapun, pengumuman terakhir menyingkap besarnya skala aktifitas ini, dan menaikkan problem-problem potensial bagi reputasi Singapura, begitu juga pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana otoritas di sana akan mengatasi sindikat-sindikat pengaturan pertandingan.

"Cerita ini memiliki potensi untuk memberi kehancuran yang lebih besar bagi reputasi global Singapura sebagai pusat keuangan yang aman dan etis di Asia," kata Jonathan Galaviz, direktur pelaksana biro konsultasi Galaviz & Co yang bermarkas di AS, yang telah mengamati industri perjudian Asia.

"Pembuat kebijakan publik Singapura perlu menaksir lagi apakah mereka memiliki sumber daya yang cukup terdedikasi untuk memonitor dan menegakkan hukum terkait perjudian ilegal dan korupsi olahraga di negara itu," ucapnya kepada AFP.

"Pertanyaan-pertanyaan besar akan timbul perihal apa yang diketahui otoritas pemerintahan di Singapura, ketika mereka mengetahuinya, dan mengapa jaringan ilegal ini yang menjalankannya di Singapura tidak ditangkap lebih awal."

Galaviz berkata ini "sangat mengganggu" perihal kasus pengaturan pertandingan, "status Singapura sebagai pusat keuangan berpotensi digunakan untuk tujuan-tujuan jahat."

Asosiasi Sepak Bola Singapura (FAS) mengatakan mereka mengambil "pandangan yang serius terhadap tudingan-tudingan yang berkaitan dengan pengaturan pertandingan dan korupsi sepak bola," dan berjanji untuk "berupaya keras" untuk menghapus aktifitas-aktifitas seperti itu.

"Masalah pengaturan pertandingan tidak terbatas di Asia," demikian pernyataan FAS.

"Ini adalah masalah global dan FAS akan terus bekerja sama dengan otoritas-otoritas yang relevan, baik di level domestik dan internasional, untuk memerangi pengaturan pertandingan dan korupsi sepak bola dengan agresif."

Zaihan Mohamed Yusof, pewarta investigator yang bekerja di surat kabar New Paper, yang disebut-sebut merupakan otoritas terdepan dalam melawan pengaturan pertandingan, mengakui dirinya kaget dengan jumlah pertandingan yang diungkap Europol.

"Bagi saya angka ini sangat besar, 680 (pertandingan)," ucapnya kepada AFP. "Apakah warga Singapura terlibat dalam keseluruhan 680 itu, saya tidak yakin namun setidaknya terdapat angka ini dan anda dapat melihat besarnya skala."

Dan Neil Humphreys, kolumnis olahraga yang populer, mempertanyakan mengapa sangat sedikit yang dilakukan untuk menanyai individu-individu Singapura yang diduga terlibat dalam operasi pengaturan pertandingan global."

"Lebih menonjol lagi, isu ini tidak mendapatkan perhatian halaman-halaman depan media seperti di negara-negara lain yang sepak bola merupakan olahraga populer, meski terdapat fakta bahwa Singapura diduga merupakan rumah bagi pemimpin komplotan sindikat pengaturan pertandingan terbesar di dunia," tuturnya kepada AFP.

Harian paling populer di negara itu, The Strait Times, meletakkan artikel tentang masalah ini di halaman tiga.

Kepolisian Singapura mengatakan mereka tengah memformulasikan respon terhadap pengumuman Europol. (RF/I015)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2013