Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meningkatkan keandalan, keselamatan, dan operasi tiga reaktor nuklir untuk keperluan riset dengan dibantu oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
 
"Dengan inspeksi in-service berupa inspeksi visual internal terhadap tangki dan struktur lain dalam reaktor RSG-GAS oleh IAEA, bisa untuk mengetahui kondisi reaktor berdasarkan standar yang berlaku di dunia," kata Direktur Direktorat Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran BRIN, Mohammad Subekti dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
 
Subekti mengatakan inspeksi terhadap reaktor RSG-GAS pernah dilakukan sekitar dua dekade silam. Namun, inspeksi kali ini dilakukan secara visual dengan lebih detail.

Baca juga: BRIN ungkap manfaat nuklir untuk diagnosa hingga terapi kanker
 
Menurutnya, inspeksi itu bertujuan untuk mengetahui kondisi penurunan penuaan yang ada di teras reaktor serta kondisi-kondisi tertentu.
 
"Dengan mengetahui kondisi tersebut, dapat secepat mungkin dilakukan mitigasi dengan bantuan tenaga ahli, baik dari IAEA maupun dari Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN," kata Subekti.
 
Inspeksi in service merupakan inspeksi rutin yang dilakukan di RSG-GAS sesuai prosedur untuk memenuhi persyaratan regulasi Badan Pengawas tenaga Nuklir (Bapeten).
 
Inspeksi yang dilakukan terkait program perawatan reaktor dengan standar operasional prosedur yang meliputi kelistrikan, instruksi kendali, dan teras reaktor serta berbagai hal yang termasuk dalam perawatan rutin.
 
"Ada perawatan yang sifatnya satu bulan sekali, enam bulan sekali, setahun sekali. Bahkan, ada yang lima tahun sekali untuk tempat-tempat sulit, karena ketahanannya," terang Subekti.
 
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa pemeriksaan bukan hanya pada instrumennya, juga pada kondisi fisik bangunan, misalnya apakah bangunan masih tahan gempa untuk kondisi reaktor beroperasi pada daya puncak.

Baca juga: BRIN garap pengembangan teknologi nuklir untuk terapi kanker
 
Hasil perawatan tersebut selalu ditinjau oleh Bapeten untuk mengetahui secara keseluruhan kondisi reaktor.
 
Tenaga Ahli IAEA, Ruben Mazzi mengatakan bahwa pihaknya melakukan inspeksi fisik terhadap tiga reaktor riset milik BRIN, yaitu RGS-GAS, Reaktor Triga, dan Reaktor Kartini.
 
Pekan ini, IAEA fokus melakukan inspeksi terhadap reaktor RSG-GAS di Serpong, Banten.
 
"Untuk inspeksi reaktor yang ada di Serpong ini nanti dibantu oleh perwakilan dari Chilean Nuclear Energy Commision," kata Ruben.
 
Sementara itu, Tenaga Ahli IAEA lainnya, Walter Bermudez mengatakan jika peralatan yang digunakan untuk inspeksi visual harus memenuhi beberapa persyaratan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
 
Persyaratan tersebut terkait dengan ketahanan alat, ukuran, dan kualitasnya, serta ada beberapa kriteria peralatan yang akan digunakan harus memiliki toleransi radiasi yang baik.
 
"Untuk kamera, yang memiliki ukuran kecil, namun dengan resolusi yang besar," kata Walter.

Baca juga: BRIN manfaatkan teknologi nuklir untuk daur ulang sampah plastik

Baca juga: BRIN: Teknologi nuklir bisa berperan cegah "stunting" di Indonesia
 
Dia menjelaskan proses inspeksi yang dilakukan pada RSG-GAS adalah menggunakan kamera dengan berat sekitar 12 kilogram yang mengandung lensa presisi tinggi, motor, dan komponen bergerak.
 
Kamera tersebut dimasukkan ke dalam kolam reaktor selama sekitar 22 jam untuk memperoleh data yang akurat.
 
"Untuk itu perlu penanganan yang hati-hati. Jika kondisi tertentu ditemukan pada saat pemeriksaan, kami akan langsung menyampaikan, sehingga kita dapat mendiskusikan solusinya," pungkas Walter.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Endang Sukarelawati
COPYRIGHT © ANTARA 2023