Kota Gaza (ANTARA News) - Sebelas orang, termasuk dua anak, tewas di Jalur Gaza utara, Selasa, akibat serangan udara paling mematikan tahun ini oleh militer Israel di wilayah itu. Presiden Palestina Mahmud Abbas dengan cepat mengutuk serangan itu sebagai "terorisme negara" dan meminta masyarakat internasional untuk campurtangan. Korban terjadi ketika dua roket menghantam sebuah kendaraan yang membawa tiga aggota kelompok garis keras Jihad Islam dan melakukan perjalanan di jalan utama yang memotong jalur pantai tepat di utara Kota Gaza, kata Khaled al-Batch, seorang pejabat penting kelompok itu. Dua dari korban itu, Hammudeh al-Wadyeh, 25, dan Shawqi al-Saiqali, juga dalam usia 20-an, tewas sebagai akibatnya, kata al-Batch. Pria ketiga terluka. Sembilan warga sipil, termasuk dua anak, tewas dan 42 orang yang lain terluka ketika roket ketiga menghantam ketika sejumlah penonton berkerumun di tempat kejadian itu, kata saksi dan sumber medis. Warga sipil itu termasuk dua bersaudaram Hisham yang berusia empat tahun dan Shaher al-Mugrabi yang berusia delapan tahun, serta ayah mereka Ashraf, kata Jumaa al-Saqaa, seorang dokter di rumah sakit al-Shifa di Gaza yang merawat mereka yang terluka. Seorang sopir mobil ambulans, Mussa Nasrallah, juga tewas, katanya seperti dikutip AFP. Tentara Israel mengatakan bahwa militer telah melakukan operasi terhadap sebuah kendaraan yang mengangkut gerilyawan yang siap menembakkan roket ke Israel. Seorang jurubicara mengatakan, mobil itu "dimuati dengan Katyuasha", menunjuk pada peluncur roket buatan Rusia yang memiliki jangkauan tembak lebih jauh dari rudal rakitan yang biasa ditembakkan oleh kelompok Palestina. Tentara mengatakan bahwa 38 roket rakitan telah ditembakkan dari Gaza ke Israel dalam 24 jam terakhir dan lebih dari 100 sejak Jumat lalu. "Apa yang Israel lakukan disebut terorisme negara.Terorisme negara itu tidak akan menggetarkan kami," kata Abbas kepada wartawan di kantornya di Gaza. Sebelumnya jurubicaranya mengatakan, pemimpin Palestina itu telah meminta masyarakat internasional untuk "campur tangan dengan segera guna mengakhiri agresi Israel dan eskalasi (kekerasan)". Secara terpisah Selasa, empat orang dilaporkan oleh sejumlah saksi telah terluka akibat serangan udara di dekat Beit Lahiya, juga di Gaza utara. Militer Israel tidak menyatakan telah melakukan serangan kedua itu. Militer Israel secara tetap melakukan serangan terhadap gerilyawan di jalur pantai yang padat-penduduk itu. Gerilyawan Palestina sering menembakkan roket ke Israel dari bagian utara wilayah itu. Kematian Selasa itu menjadikan 5.105 jumlah orang, sebagian besar dari mereka warga Palestina, yang tewas sejak dimulainya Intifada September 2000, menurut hitungan AFP.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006