Pekanbaru, Riau (ANTARA News) - "Perayaan Hari Valentine bukan mencerminkan identitas budaya Melayu. Tidak disarankan untuk dilakukan remaja," setidaknya begitu argumen Wakil Wali Kota Pekanbaru, Riau, Ayat Cahyadi. Dia menyarankan warga setempat tidak merayakan Hari Valentine saban 14 Februari.

Menurut dia, merayakan hari kasih sayang tidak saja pada 14 Februari tapi setiap saat karena harus menyayangi orangtua, guru, maupun keluarga. Besok adalah Hari Valentine, yang sangat dikenal akrab banyak remaja Indonesia.

Pada prinsipnya, katanya, budaya memperingati Hari Valentine itu produk budaya asing yang tidak cocok dengan kepribadian Melayu, yang menjunjung nilai agama dan kesusilaan. Dari sisi komersial, banyak tawaran barang-barang digelar murah, juga acara-acara dengan biaya kesertaan tertentu. 

Bahkan pada pesta Hari Valentine di Pekanbaru, Riau, besok itu, dikabarkan panitia penyelenggara juga mendatangkan artis dari Jakarta. Remaja yang datang "diharuskan" memakai busana bernuansa pink alias merah muda. 

"Kami tentu tidak dapat melarang pengelola hotel membuat suatu acara, hanya bisa menyarankan kepada orangtua remaja supaya mengawasi anaknya terutama remaja pada saat Hari Valentine," katanya. Artinya, Hari Valentine "laku" dijual dan ada pasarnya.
 
Dia mengatakan, cinta itu suci dan mulia anugerah Allah, jadi jangan dinodai dengan perayaan yang tidak sesuai dengan budaya timur.

 (A047)

Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2013