Caracas (ANTARA News) - Venezuela mendevaluasi mata uangnya, bolivar, sebesar 32 persen terhadap dolar AS pada Rabu, memicu ketakutan masyarakat bahwa harga-harga akan meningkat lebih lanjut di tengah inflasi yang sudah melonjak.

Perubahan nilai tukar resmi dari 4,3 bolivar terhadap dolar AS menjadi 6,3 bolivar telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara. Langkah itu diumumkan pada Jumat oleh Menteri Perencanaan dan Keuangan Jorge Giordani, lapor AFP.

"Semuanya berjalan secara normal," ungkap Giordani di televisi pemerintah.

Ekonom Jose Luis Saboin dari konsultan Econalitica mengatakan daya beli konsumen kemungkinan akan terkikis sebesar 7,2 persen pada tahun ini.

Devaluasi akan membuat impor lebih mahal di Venezuela, di mana inflasi berdiri di 20,1 persen -- tertinggi di Amerika Latin, berdasarkan data resmi.

Pemerintah Presiden Hugo Chavez menempatkan mekanisme kontrol nilai tukar pada 2003 berusaha untuk mengerem pelarian modal. Pada Januari 2011 pemerintah menetapkan kurs sebesar 4,3.

Tetapi kelaparan untuk dolar dan euro memicu sebuah pasar gelap dengan kurs nilai tukar jauh lebih tinggi yang secara hukum tidak dapat dipublikasikan.

Berita tentang devaluasi itu memicu kecemasan konsumen. Pada Selasa, warga Venezuela membanjiri toko-toko untuk mengambil segala sesuatu mulai dari mesin cuci hingga ke tiket pesawat di menit-menit terakhir gelombang panik-beli.

Chavez sendiri menghilang dari pandangan publik lebih dari dua bulan lalu karena masalah kesehatan dan Venezuela masih dalam ketegangan atas masa depan politiknya, meskipun ada jaminan presiden yang diserang penyakit kanker itu kondisinya membaik dan bisa kembali bertugas.

Presiden tetap di Havana ibukota Kuba, di mana ia dalam masa penyembuhan setelah operasi kanker babak keempat.

Pejabat senior pemerintah, yang telah bolak-balik antara Caracas dan Havana, bersikeras Chavez menjadi lebih dan lebih terlibat dalam pemerintahan dan akan kembali ke ibu kota Venezuela "lebih awal daripada sebelumnya."

Tetapi mereka tidak bisa atau tidak mengatakan kapan ia akan kembali, atau apakah ia akan mampu untuk memerintah, sedangkan oposisi telah meningkatkan tuntutan untuk presiden tampil di depan publik atau minggir. (A026)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2013