Wina (ANTARA) - Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Tengah (UNRWA) berada di ambang kehancuran finansial, seperti diperingatkan kepala UNRWA Philippe Lazzarini, Senin (12/6).

Lazzarini mengatakan kepada awak media di Wina bahwa pihaknya selama tiga tahun terakhir telah mencoba berbagai cara untuk mengatasi masalah tersebut, namun belum mendapat hasil yang diperlukan.

Merosotnya ekonomi UNRWA berarti "hak-hak pengungsi Palestina juga akan berkurang," katanya menjelaskan.

"Perlu mobilisasi politik dan tekad untuk mencegah badan tersebut benar-benar kolaps," lanjutnya.

Lazzarini mengungkapkan bahwa UNRWA mengalami defisit keuangan hampir 200 juta dolar AS (sekitar Rp2,97 triliun), serta menekankan pentingnya bantuan makanan untuk Gaza.

Dia mengatakan bahwa diperlukan ssbesar 75 juta dolar AS (sekitar Rp1,11 triliun) untuk melanjutkan bantuan makanan ke wilayah tersebut, terutama ke Jalur Gaza, tempat Program Pangan Dunia telah mengurangi aktivitasnya.

Lazzarini berharap bantuan keuangan yang diperlukan dapat tersedia pada September ini.

UNRWA dibentuk pada 1948 pasca terjadi Nakba atau Bencana ketika ratusan ribu warga Palestina diusir dari rumah dan lahan mereka setelah Israel berdiri.

Badan tersebut terus membantu jutaan warga Palestina di Jalur Gaza yang diblokade dan Tepi Barat yang diduduki Israel dengan berbagai layanan seperti pendidikan, makanan dan pekerjaan.

Baca juga: PBB serukan pendanaan berkelanjutan untuk badan pengungsi Palestina
Baca juga: UNRWA: Separuh anak-anak di Jalur Gaza butuh dukungan psikologis
Baca juga: Indonesia tetap berkomitmen bantu pengungsi Palestina


Sumber: Anadolu

Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: M Razi Rahman
COPYRIGHT © ANTARA 2023