Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa saat ini sudah ada titik temu perihal proses pengambilalihan hak partisipasi Shell di Proyek Kilang Gas Alam Cair (LNG) Blok Masela di Maluku.

"Proses divestasi Shell untuk segera dapat partner yang baru saat ini sudah ada titik temu untuk bisa mengambil alih participating interest (hak partisipasi) Shell pada proyek Masela tersebut," kata Arifin dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta, yang dipantau secara daring, Selasa.

Proses itu diharapkan akan dieksekusi mulai akhir Juni 2023 sehingga program tersebut bisa dilanjutkan, katanya.

Arifin mengatakan pemegang hak partisipasi di Blok Masela saat ini ialah Inpex Masela Ltd (65 persen) dan Shell Upstream Overseas Services Ltd (35 persen).

Dalam kesempatan itu, dia juga mengungkapkan kemajuan proses pengambilalihan hak partisipasi tersebut.

Kemajuan itu mencakup persetujuan original work program dan budget (WP&B) 2023, pengadaan lahan area non-hutan, kegiatan pemasaran, kajian analisis mengenai dampak lingkungan (amdal), dan revisi kedua plan of development (PoD) I.

Dia menjelaskan bahwa revisi kedua PoD I Blok Masela dilakukan dengan memasukkan program carbon capture storage (CCS) dengan tambahan investasi 1,1 miliar dolar AS hingga 1,4 miliar dolar AS (sekitar Rp20,8 triliun).

Inpex juga telah menyampaikan surat Final Revisi 2 Rencana Pengembangan Lapangan 1 (Revisi 2 PoD I) dengan memasukkan CCS kepada SKK Migas pada 4 April 2023, katanya.

Arifin mengungkapkan beberapa persepsi dari investor tentang proyek abadi Masela tersebut.

Mereka mengatakan produktivitas reservoir lapangan abadi tersebut sangat baik, biaya capital expenditure (capex) cukup tinggi ditambah kewajiban program CCS, dan lokasinya jauh sehingga membutuhkan pipa sepanjang 180 kilometer melewati palung berkedalaman 1,2 hingga 1,3 km.

Blok Masela berlokasi di Laut Arafura, sekitar 650 km dari Kepulauan Maluku dan 170 km dari Kepulauan Babar dan Tanimbar, dengan wilayah kerja seluas 2.503 km persegi.

Blok tersebut merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang bernilai 19,8 miliar dolar AS (sekira Rp294,3 triliun) dan ditargetkan mulai berproduksi pada 2027.

Masela berpotensi menghasilkan gas sebanyak 1.600 juta standar kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton gas alam cair (LNG) per tahun, gas pipa 150 MMSCFD, dan 35 ribu barel minyak per hari.

Baca juga: Hipmi Maluku mendorong percepatan realisasi Blok Masela
Baca juga: Moeldoko ingatkan Blok Masela harus perhatikan masyarakat terdampak

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Anton Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2023