Jakarta (ANTARA) - Perwakilan Dinas Kesehatan DKI Jakarta Desy Mery Dorsanti, SKM mengatakan bahwa untuk mencegah dampak buruk dari polusi udara dapat dimulai dari diri sendiri lewat hal-hal sederhana, seperti memakai masker saat beraktivitas.

"Polusi udara ini kan sulit kita hindari. Otomatis dari diri kita sendiri untuk mencegah (dampaknya), seperti dengan memakai masker dan menghindari jalanan yang padat," kata Desy dalam diskusi kesehatan secara daring, Rabu.

Selain memakai masker, upaya lain yang disarankan Desy untuk mencegah dampak buruk polusi udara adalah menggunakan transportasi umum ketika bepergian, alih-alih membawa kendaraan sendiri.

Baca juga: Masyarakat perlu tingkatkan kesadaran kualitas udara demi kesehatan

Hal tersebut, kata dia, untuk menghindari polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan bermotor. Mengingat, asap kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara di DKI Jakarta.

"Di DKI Jakarta, menurut kajian yang kita dapatkan, (polusi) itu lebih banyak dari emisi kendaraan bermotor. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa di sekitar Jakarta itu kan banyak pabrik, dan arah angin dari pabrik menuju Jakarta itu (menyebabkan) polusi bisa ke Jakarta," imbuhnya.

Kemudian, Desy melanjutkan, mengurangi aktivitas merokok juga bisa menjadi salah satu upaya sederhana untuk mencegah polusi udara setidaknya di lingkungan terdekat seperti keluarga.

Menurut Desy, mencegah dampak buruk polusi udara memang tak bisa hanya mengharapkan orang lain dan pemerintah.

Ia mengatakan, pemerintah memang telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi polusi udara. Namun, setiap individu juga diharapkan dapat tetap berkontribusi sebab dibutuhkan upaya kolektif dalam mengatasi permasalahan polusi udara.

"Mulai dari pembatasan penggunaan bahan bakar, kunjungan ke pabrik untuk mengevaluasi emisi atau gas buang, banyak hal yang sudah dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta. Tapi lagi-lagi kita harus bergerak dari diri sendiri, apa yang bisa kita lakukan? Kita akan berkontribusi apa? Itu yang harus kita pikirkan," kata Desy.

Menurut laman IQAir, Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index/AQI) di DKI Jakarta pada Rabu pukul 16.26 WIB berada di angka 114, yang mengindikasikan bahwa kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif.

Pada waktu yang sama, DKI Jakarta berada di peringkat ketujuh yang memiliki kualitas udara terburuk di dunia.

Desy menjelaskan, paparan polusi udara dapat menimbulkan dampak langsung dan tidak langsung terhadap kesehatan.

Menurutnya, dampak langsung paparan polusi udara di antaranya iritasi di saluran pernapasan, sedangkan dampak tidak langsungnya adalah menjadi salah satu pemicu permasalahan kesehatan lain yang lebih serius di organ-organ tubuh seperti paru-paru dan jantung.

Baca juga: Kepala BKKBN soroti bahaya asap rokok bagi anak dan ibu hamil

Baca juga: Hindari masak terlalu lama untuk cegah polusi udara di dalam rumah

Baca juga: Tujuh aksi konkret DKI mengendalikan polusi udara

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
COPYRIGHT © ANTARA 2023