Singapura (ANTARA) - Harga minyak bersiap untuk menghentikan penurunan beruntun dua minggu di perdagangan Asia pada Jumat sore, di tengah optimisme tentang permintaan energi yang lebih tinggi dari importir minyak mentah utama China dan dolar yang lebih lemah.

Minyak mentah berjangka Brent naik 20 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 75,87 dolar AS per barel pada pukul 06.32 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 16 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 70,78 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan minyak tersebut melonjak sekitar 3,0 persen selama sesi sebelumnya.

Data pada Kamis (15/6/2023) menunjukkan throughput (tingkat pengolahan) kilang minyak China naik 15,4 persen pada Mei dari tahun sebelumnya, mencapai rekor total tertinggi kedua. Permintaan China untuk minyak diperkirakan akan terus bertambah pada tingkat yang pasti selama paruh kedua tahun ini, kata CEO Kuwait Petroleum Corp.

Di Amerika Serikat, data yang dirilis pada Kamis (15/6/2023) menunjukkan penjualan ritel secara tak terduga naik pada Mei, bersama dengan klaim pengangguran yang lebih tinggi dari perkiraan minggu lalu. Dolar jatuh ke level terendah lima minggu versus sekeranjang mata uang lainnya.

Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat meningkatkan permintaan.

Para analis juga memperkirakan pengurangan produksi minyak mentah sukarela yang diterapkan pada Mei oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, dan oleh Arab Saudi pada Juli, untuk mendukung harga.

Namun, prospek ekonomi yang lemah membayangi sentimen pasar, karena produksi industri China dan pertumbuhan penjualan ritel pada Mei meleset dari perkiraan.

"Harga minyak mentah mencoba mencari dukungan ketika prospek pertumbuhan global tetap rentan terhadap guncangan lebih lanjut dari kampanye kenaikan suku bunga yang agresif," kata Edward Moya, seorang analis di OANDA dalam sebuah catatan.

Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga ke level tertinggi 22 tahun seperti yang diperkirakan pada Kamis (15/6/2023). Federal Reserve AS minggu ini mengisyaratkan setidaknya peningkatan setengah poin persentase hingga akhir tahun.

Suku bunga yang lebih tinggi pada akhirnya meningkatkan biaya pinjaman bagi konsumen, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Nurul Aulia Badar
COPYRIGHT © ANTARA 2023