Beijing (ANTARA) - China menorehkan banyak pencapaian luar biasa dalam promosi dan perlindungan hak asasi manusia (HAM), serta menyumbangkan kearifan untuk peningkatan tata kelola HAM global, kata para ahli di sebuah forum Beijing.

Forum Tata Kelola HAM Global digelar di Beijing, Rabu (14/6) dan Kamis (15/6), dengan diikuti 300 peserta dari dalam maupun luar China. Pada acara tersebut, para peserta terlibat diskusi mendalam tentang praktik tata kelola HAM domestik oleh China dan kontribusinya bagi komunitas internasional.

Ketua Unit Studi China dari Pusat Kajian Strategis dan Internasional Indonesia Veronika Saraswati mengatakan dirinya memuji praktik China dalam mempromosikan dan melindungi HAM.

Dia menuturkan bahwa China mencapai prestasi luar biasa dalam pembangunan ekonomi dan sosial dengan tetap menjaga perdamaian, sehingga meletakkan dasar yang kuat untuk perlindungan HAM.

"Di antara semua pencapaian yang telah ditorehkan China, salah satu hal yang tidak dapat diabaikan adalah resolusi kemiskinan absolut yang bersejarah," kata Saraswati.

Dia menambahkan hal itu tidak hanya memberikan kontribusi besar bagi upaya pengentasan kemiskinan global, tetapi juga memberikan inspirasi bagi pengentasan kemiskinan di negara berkembang lainnya, seperti Indonesia.

"Kita tidak bisa berbicara tentang HAM tanpa tindakan apa pun," kata Saraswati.

Dia menyampaikan bahwa beberapa negara menggunakan HAM sebagai alat untuk menyerang dan memfitnah negara lain, sementara China menjaga dan mempromosikan pembangunan HAM dengan langkah nyata.

Saraswati menunjukkan bahwa Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra memainkan peran penting dalam mendorong kemajuan HAM global, misalnya pembangunan bersama Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

Dia mengatakan jalur kereta api tersebut akan menghubungkan daerah perkotaan dan pedesaan secara efektif serta menstimulasi vitalitas pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia.

"Ini salah satu dari banyak langkah nyata China untuk menjaga dan meningkatkan HAM," kata Saraswati.

Sementara itu, Peter Hediger, seorang sinolog, sejarawan, sekaligus ahli kebijakan keamanan internasional dari Swedia, menuturkan bahwa China mengupayakan kebijakan luar negeri, yang tidak hanya menguntungkan China namun juga banyak negara lain.

Menurut Hediger, upaya tersebut membantu meningkatkan level HAM di dunia.

Dia mengatakan 30 tahun telah berlalu sejak pengesahan Deklarasi dan Program Aksi Wina, dan meskipun seluruh negara berjanji akan meningkatkan kerja sama dan pembangunan bersama, masih ada hegemoni yang secara sembrono mengejar tujuan mereka dengan mengorbankan pihak lain. Mereka pun menjadi sumber utama instabilitas di dunia saat ini.

Guna melawan tren seperti itu, katanya, kebijakan luar negeri China memainkan peran krusial dalam implementasi tujuan yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dia menjelaskan bahwa buah dari upaya tersebut terbukti baru-baru ini ketika China berhasil menjadi mediator pemulihan hubungan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi.

Tahun ini menandai peringatan 10 tahun usulan China tentang Insiatif Sabuk dan Jalur Sutra.

Ketua Institut Sabuk dan Jalur Sutra di Swedia Stephen Brawer yakin bahwa inisiatif tersebut merupakan jalan menuju perdamaian, serta HAM sejati dalam arti pembangunan yang tepat dan penghapusan kemiskinan global.

"Satu gagasan penting adalah gagasan tentang kebaikan bersama bagi semua orang," ujar Brawer.

Dia menambahkan bahwa HAM serta Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra dapat bersatu untuk membangun komunitas untuk masa depan bersama bagi umat manusia.

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
COPYRIGHT © ANTARA 2023