Bantul (ANTARA News) - Warga Dusun Menayu Lor, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membuat lampu hias "aromatherapy" dari limbah kaca.

"Saya mengawali produksi lampu `aromatherapy` ini sekitar pertengahan 2012, dan sejak Oktober 2012 peminatnya mulai banyak setelah saya presentasikan di sekolah," kata perajin lampu `aromatherapy` Sutoyo di Bantul, Rabu.

Menurut dia, lampu "aromatherapy" produksinya dibuat dari serpihan potongan kaca akuarium dengan ketebalan lima milimeter yang direkatkan dan dipadukan dengan batu putih, lengkap dengan kabel dan lampu.

"Saya namakan lampu `aromatherapy`, karena selain untuk lampu hiasan, juga berfungsi sebagai pengharum, karena di atas lampu diletakkan mangkok kecil untuk dituangkan minyak essen, sehingga ketika panas akan mengeluarkan wangi," katanya.

Bahkan, kata dia, "aromatherapy" yang dihasilkan dari lampu ini sangat bermanfaat untuk kesehatan, dan membantu proses penyembuhan, sehingga dirinya mengaku tidak hanya menjual bentuk uniknya saja, melainkan juga ada manfaatnya

Ia mengatakan saat ini dirinya yang sudah mempekerjakan 20 karyawan dari kalangan warga setempat, setiap harinya bisa memproduksi rata-rata 30 sampai 35 buah lampu berbagai jenis model bentuk dan ukuran.

"Kami tawarkan dengan harga Rp85.000 sampai Rp150.000 per lampu tergantung model, seperti yang menyerupai menara, harganya paling mahal," katanya.

Untuk memproduksi lampu jenis tersebut, kata dia, harus memesan dulu, karena model itu `limited edition`.

Lampu produksinya, kata dia dipasarkan ke sejumlah daerah di luar Bantul, seperti Kota Yogyakarta, Jakarta, Bandung.

Selain diminati kalangan atas, produksi lampu ini juga dipasarkan melalui pusat perbelanjaan maupun mal.

Menurut dia, dengan penjualan sebanyak itu, pria berusia 35 tahun yang telah dikaruniai dua anak ini mengaku bisa memperoleh pendapatan kotor hingga Rp40 juta per bulan.

"Awalnya cuma modal sekitar Rp100 ribu, karena sebagian bahan bakunya masih minta sana-sini, dan saya juga tidak menyangka, kalau usaha ini bisa berkembang, dan memiliki prospek bagus," katanya.

Ia mengatakan usaha ini berawal ketika dirinya tidak sengaja melihat serpihan potongan kaca yang berserakan saat berbelanja di toko kaca untuk keperluan pembuatan cermin berbingkai sampul majalah, yang merupakan usaha sebelumnya.

"Saya langsung berpikir untuk memanfaatkan serpihan kaca untuk membuat lampu tersebut, ditambah pengalaman saya saat liburan ke Bali, ada `aromatherapy` menggunakan lilin dan kuningan, akhirnya saya ganti sambungan serpihan kaca," katanya.

(KR-HRI/M008)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2013