Singapura (ANTARA) - Dolar AS naik tipis di awal sesi Asia pada Senin pagi, karena investor mencoba untuk menilai jalur kebijakan moneter ke depan setelah sejumlah pertemuan bank sentral minggu lalu, sementara yen rapuh setelah Bank Sentral Jepang (BoJ) mempertahankan kebijakan moneter sangat longgar.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam rival utamanya, sedikit menguat 0,049 persen menjadi 102,33 tidak jauh dari level terendah satu bulan di 102 yang disentuh pada Jumat (16/6/2023). Pasar AS tutup pada Senin untuk liburan.

Dalam minggu penuh aksi keputusan bank sentral, Federal Reserve mempertahankan suku bunga tidak berubah pada Rabu (14/6/2023) tetapi mengisyaratkan bahwa kenaikan lebih lanjut sedang dalam perjalanan untuk menjinakkan inflasi.

Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Kamis (15/6/2023) dan membiarkan pintu terbuka untuk kenaikan lebih lanjut, dengan Bank Sentral Jepang (BoJ) menutup minggu ini dengan mempertahankan kebijakannya yang sangat longgar.

"Penahanan hawkish The Fed berarti bar untuk kenaikan bulan depan rendah," kata Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Forex di New York.

Namun, investor memperkirakan bank sentral menyelesaikan pengetatannya pada Juli.

Pasar memperkirakan probabilitas 72 persen untuk kenaikan Fed sebesar 25 basis poin bulan depan, alat CME FedWatch menunjukkan, dan berhenti setelah itu.

"Pasar, yang telah memperkirakan pemotongan tahun ini hingga akhir Mei masih perlu diyakinkan bahwa Fed sebenarnya akan memberikan dua kenaikan lagi tahun ini," kata Chandler.

Fokus investor minggu ini akan tertuju pada kesaksian Ketua Fed Jerome Powell akhir pekan ini kepada Kongres.

"Kesaksian kongres minggu depan memberi Ketua Powell kesempatan kedua untuk mendorong pesan yang lebih hawkish," kata ahli strategi Citi dalam sebuah catatan pada Jumat (16/6/2023).

Pejabat Fed juga memberikan nada hawkish sejak pertemuan tersebut.

Citi mengatakan kekuatan ekonomi yang berkelanjutan telah meningkatkan optimisme seputar soft landing di mana inflasi turun tanpa resesi.

"Namun, inflasi inti yang kuat secara terus-menerus membuat kami tetap berada di kubu mereka yang berpikir bahwa cara yang paling mungkin untuk mengembalikan inflasi ke target adalah melalui penurunan pertumbuhan yang signifikan."

Seperti yang diperkirakan secara luas, BoJ pada Jumat (16/6/2023) mempertahankan target suku bunga jangka pendek -0,1 persen dan batas 0,0 persen pada imbal hasil obligasi 10-tahun yang ditetapkan di bawah kebijakan kontrol kurva imbal hasil (YCC), mendorong yen lebih rendah secara luas.

"BoJ percaya lonjakan inflasi Jepang mungkin tidak akan bertahan tanpa kebijakan moneter tetap longgar," kata Mansoor Mohi-uddin, kepala ekonom di Bank of Singapore.

"Kami memperkirakan BoJ akan menaikkan atau mengakhiri batas imbal hasil 10 tahun pada 2023 karena inflasi menguat. Namun pejabat akan mempertahankan suku bunga simpanan negatif untuk memacu pertumbuhan lebih lanjut."

Pada Senin, yen menyentuh level terendah tujuh bulan di 141,98 per dolar, setelah turun 1,0 persen padai Jumat (16/6/2023). Yen juga menyentuh level terendah baru 15 tahun terhadap euro di 155,32.

Sementara itu, euro naik 0,01 persen menjadi 1,0934 dolar, melayang mendekati puncak satu bulan. Sterling terakhir diperdagangkan datar di 1,2817 dolar.

Dolar Australia turun 0,32 persen menjadi diperdagangkan di 0,686 dolar AS, sementara kiwi melemah 0,26 persen menjadi diperdagangkan di 0,622 dolar AS.

Baca juga: Rupiah pada Senin pagi menguat jadi Rp14.940 per dolar AS
Baca juga: IHSG awal pekan melemah ikuti bursa kawasan dan global
Baca juga: Saham Asia dibuka hati-hati, fokus stimulus China dan kesaksian Powell

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2023