Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada triwulan I/2023 mencatat kewajiban neto yang sedikit meningkat.

“Pada akhir triwulan I 2023, PII Indonesia mencatat kewajiban neto 255,3 miliar dolar AS, sedikit meningkat dibandingkan dengan kewajiban neto pada akhir triwulan IV 2022 sebesar 252,7 miliar dolar AS. Peningkatan kewajiban neto tersebut berasal dari kenaikan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang melampaui kenaikan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN),” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi, Jakarta, Senin.

Lebih lanjut, posisi AFLN Indonesia triwulan I 2023 meningkat terutama ditopang oleh kenaikan cadangan devisa yang tercatat sebesar 464,5 miliar dolar AS atau naik 3,3 persen (quartal to quartal/qtq) dari 449,9 miliar dolar AS pada akhir triwulan sebelumnya.

Mayoritas komponen AFLN mengalami peningkatan posisi dengan peningkatan terbesar pada aset cadangan devisa, diikuti oleh investasi langsung, investasi lainnya, dan investasi portofolio.

Baca juga: BI: Dana asing keluar Rp2,38 triliun, terbesar dari pasar saham

“Peningkatan posisi AFLN tersebut selain dikontribusikan oleh peningkatan penempatan aset, juga disebabkan oleh peningkatan harga aset dan pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang global,” kata Erwin.

Aliran masuk investasi portofolio dan investasi langsung turut mempengaruhi peningkatan posisi KFLN Indonesia pada triwulan I/2022 yang naik 2,5 persen (qtq) dari 702,6 miliar dolar AS pada akhir triwulan IV/2022 menjadi 719,8 miliar dolar AS pada akhir triwulan I/2023. Pengaruh ini sejalan dengan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.

Selain itu, aliran masuk investasi langsung juga tetap solid yang mencerminkan tetap terjaganya optimisme pelaku usaha terhadap prospek perekonomian nasional. Peningkatan posisi KFLN juga dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, sehingga mendorong kenaikan nilai instrumen keuangan domestik.

BI memandang perkembangan PII Indonesia pada triwulan/I 2023 tetap terjaga sehingga mendukung ketahanan eksternal. Hal ini tecermin dari rasio PII Indonesia terhadap PDB pada triwulan/I 2023 yang tetap terjaga di kisaran 19,1 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 19,2 persen.

Baca juga: Deputi BI mengajak masyarakat gunakan QRIS dalam pembayaran

Selain itu, struktur kewajiban PII Indonesia juga didominasi oleh instrumen berjangka panjang sebesar 94,0 persen, terutama dalam bentuk investasi langsung.

"Ke depan, Bank Indonesia meyakini kinerja PII Indonesia akan tetap terjaga sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi nasional pascapandemi COVID-19 yang didukung sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah, serta otoritas terkait lainnya. Meskipun demikian, Bank Indonesia akan tetap memantau potensi risiko terkait kewajiban neto PII terhadap perekonomian,” ungkapnya.

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Adi Lazuardi
COPYRIGHT © ANTARA 2023