London (ANTARA News) - Harga minyak global turun pada Kamis, karena pedagang mengkhawatirkan data ekonomi buruk, kemungkinan berakhirnya langkah-langkah stimulus AS, dan tanda-tanda permintaan minyak mentah Amerika lebih lemah dari perkiraan, kata para analis.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April turun 1,57 dolar AS menjadi 114,03 dolar AS per barel pada akhir transaksi sore di London.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman April jatuh 2,20 dolar AS menjadi 93,02 dolar AS per barel.

Laju penurunan harga kian cepat menyusul laporan suram pada lapangan pekerjaan AS dan aktivitas bisnis Eropa yang diperparah oleh kekhawatiran tentang lesunya permintaan energi global.

Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan klaim pengangguran awal naik menjadi 362.000 dalam pekan yang berakhir 16 Februari, lebih besar dari perkiraan analis 358.000.

Sementra sebuah laporan Markit tentang aktivitas bisnis zona euro menunjukkan indeks pembelian manajer (PMI)-nya mencapai titik terendah dalam dua bulan di 47,3 pada Februari, turun dari 48,6 pada bulan sebelumnya.

Minyak sudah jatuh setelah risalah pertemuan Federal Reserve terakhir menunjukkan beberapa anggota mendukung pengurangan pembelian obligasi 85 miliar dolar AS per bulan, yang diperkenalkan tahun lalu untuk mendukung ekonomi terbesar dunia itu.

Berita tersebut ditambah dengan spekulasi tentang penjualan besar-besaran oleh sebuah pengelola dana investasi yang tak disebutkan namanya, telah mengirim minyak mentah terjun sekitar dua dolar AS pada Rabu.

"Investor terus menjual minyak mentah, bersama dengan aset-aset berisiko lainnya, setelah risalah pertemuan FOMC terakhir mengkonfirmasi lebih lanjut kekhawatiran bahwa Fed dapat menarik atau mengurangi QE (pelonggaran kuantitatif) lebih cepat daripada yang diperkirakan," kata analis Fawad Razaqzada dari GFT Markets.

"Di atas ini, data ekonomi telah mengecewakan hari ini, dengan angka PMI zona euro dan beberapa petunjuk AS gagal memenuhi harapan."

The Fed memperkenalkan skema pembelian aset putaran ketiga yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif 3 (QE3) pada September, dan mengatakan tidak akan mengangkat kakinya dari pedal gas hingga tingkat pengangguran jatuh dan ekonomi cukup kuat.

Namun, risalah menunjukkan bahwa "sejumlah" anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengatakan evaluasi yang sedang berlangsung pada pelonggaran tersebut "mungkin juga mendorong komite untuk mengurangi atau mengakhiri pembelian sebelum pihaknya menilai bahwa perbaikan substansial dalam prospek pasar tenaga kerja telah terjadi."

Sementara itu pada Kamis, Departemen Energi AS (DoE) mengumumkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik 4,1 juta barel dalam minggu yang berakhir 15 Februari.

Angka itu lebih dari dua kali lipat ekspektasi pasar untuk kenaikan sebesar 1,7 juta barel, menurut analis yang disurvei oleh Dow Jones Newswires, dan menunjukkan permintaan di negara konsumen minyak mentah terbesar di dunia itu lebih lemah dari perkiraan.

Laporan DoE diterbitkan satu hari kemudian daripada biasanya, karena libur publik pada Senin.

Minyak mentah berjangka juga diseret lebih rendah pada Rabu oleh spekulasi bahwa produsen minyak utama Arab Saudi sedang mempertimbangkan rencana untuk meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan yang kuat dari China, kata para analis.

Pasar juga merosot di tengah berita bahwa kekuatan global siap membuat sebuah tawaran kepada produsen minyak penting Iran atas perselisihan mereka yang telah berlangsung lama dengan Teheran.

Kekuatan dunia akan membuat tawaran kepada Iran dengan "unsur-unsur baru yang signifikan" dalam upaya menyelesaikan sengketa program nuklirnya pada pembicaraan pekan depan di Kazakhstan, seorang diplomat Barat mengatakan Rabu.

Pembicaraan dengan Iran putaran berikutnya di bawah format "5+1" -- anggota Dewan Keamanan PBB Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat, ditambah Jerman -- akan diselenggarakan pada 26 Februari di Almaty setelah lama terhenti.

Iran menegaskan program pengayaan uraniumnya untuk tujuan damai, tetapi negara-negara Barat berpendapat bahwa Teheran ingin memproduksi senjata nuklir, demikian AFP.
(A026)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2013