Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Yudhoyono, Jumat sore, menggelar rapat terbatas untuk mengambil tindakan cepat dan tepat terkait peristiwa kematian delapan prajurit TNI AD di Papua, Kamis (21/2). Kelompok bersenjata di sana semakin nekad, mereka menyerang dua kali, termasuk atas pos pengamanan perbatasan TNI di sana, kemarin.

Hari ini, helikopter NAS-332 Super Puma TNI AU yang ditugaskan mengevakuasi tujuh jenasah korban penembakan di Distrik (kecamatan) Sinak, Kabupaten Puncak Jaya, juga ditembaki walau pilot dan kopilot tidak cidera. 

Sejak kemarin, terjadi tiga penyerangan bersenjata terhadap personel dan instalasi/arsenal TNI, yaitu pos pengamanan perbatasan, rombongan personel TNI AD yang sedang melaju di jalan, dan sekali pada pesawat helikopter TNI AU.  

"Saya ingin mendengarkan laporan tentang perkembangan, apa yang telah dilakukan kita, baik pusat dan daerah serta dampak yang akan ditimbulkan," kata Yudhoyono di Kantor Presiden, Jumat.

Sekalipun telah mendengarkan laporan dari Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto, dan Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, pada Kamis malam (21/2) terkait peristiwa itu, Yudhoyono mengaku ingin mengetahui secara persis apa yang telah terjadi.

Sebelumnya, Suyanto menyebutkan, penyerangan dan penghadangan oleh kelompok bersenjata di Distrik (kecamatan) Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya dan Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua menyebabkan delapan anggota TNI AD setempat gugur.

Pertama, penyerangan pada pukul 09.30 WIT terhadap Pos Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-PNG Markas Besar TNI di Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya oleh kelompok bersenjata. Satu anggota Batalion Infantri 753 yang bertugas di sana, Prajurit Satu Wahyu Prabowo, tewas di tempat setelah tertembak dada dan lehernya

Penyerangan kedua, sekitar pukul 10.30 WIT, di Kampung Tanggulinik, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak terhadap 10 anggota Komando Rayon Militer Sinak, Kodim 1714/Puncak Jaya. 

Mereka sedang menuju Bandara Sinak untuk mengambil logistik dan radio kiriman dari Nabire. Tujuh personel komando kewilayahan TNI AD setempat itu tewas di tempat, yaitu Sersan Satu Ramadhan, Sersan Satu M Udin, Sersan Satu Frans, Sersan Satu Edi, Prajurit Kepala Jojon, Prajurit Kepala Wemprik dan Prajurit Satu Mustofa.

Secara keseluruhan, delapan personel TNI AD tewas karena dua penyerangan bersenjata itu. 

Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul, mengatakan, hingga saat ini jenazah tujuh anggota TNI AD yang gugur di Sinak masih belum dapat dievakuasi.

"Helikopter Super Puma milik TNI AU yang diperbantukan untuk proses evakuasi ditembaki orang tak dikenal sekitar pukul 08.00 WIT. Kaca heli tembus, jari tangan kiri perwira teknik terluka. Pilot dan kopilot tak terkena tembakan," katanya.

Penembakan oleh orang tak dikenal ini mengakibatkan Letnan Satu Teknik Amang tertembak pada tangan sebelah kiri antara jari manis dan jari kelingking. Dengan begitu, evakuasi tujuh jenasah personel Komando Rayon Militer/Kodim 1714/Puncak Jaya itu belum bisa dilaksanakan. 

(G003/S037/S023)

Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2013