Yogyakarta (ANTARA) - “Selamat datang, Bapak. Selamat datang, Bapak. Selamat datang, kami ucapkan,” demikian dendang para murid TK Bumi Damai Indonesia menyambut kedatangan Bripka Heri Prasetyo, sang pendiri sekolah gratis itu.

Terik Matahari tak menghapuskan senyum para murid menyambut Bripka Heri. Ia kemudian menyalami para murid, diikuti oleh rombongan Divisi Profesi dan Pengamanan (Divpropam) Polri yang turut hadir menyaksikan aktivitas Bripka Heri di pelosok Gunungkidul, DIY, Selasa.

Lima murid perempuan lantas kompak menari selamat datang. Disusul pembacaan puisi oleh seorang murid pria dan nyanyian lagu-lagu wajib nasional setelahnya. Bripka Heri dan rombongan Divpropam Polri tersenyum melihat unjuk kebolehan para murid.

Tepatnya di Dusun Krambil, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), TK Bumi Damai Indonesia berdiri dengan mengontrak di sebuah rumah warga.

Murid-murid yang bersekolah di tempat itu tidak dibebani biaya apa pun, mulai dari seragam hingga peralatan belajar disediakan secara cuma-cuma. Di bangunan yang dikelilingi pohon rindang itu, mereka bersekolah, bermain, dan bersenda gurau dengan gratis.
TK Bumi Damai Indonesia, Dusun Krambil, Desa Girisekar, Kec. Panggang, Kab. Gunungkidul, DIY, Selasa (20/6/2023). (ANTARA/Fath Putra Mulya)

Panggilan hati

Adalah Bripka Heri, anggota Subbid Provos Bidpropam Polda DIY, sosok di balik sekolah yang mulai aktif beroperasi sejak 2020 tersebut. Bripka Heri menceritakan, pendirian TK Bumi Damai Indonesia berawal dari panggilan hati beberapa pihak.

Bermula dari warga sekitar Dusun Krambil yang meminta Bripka Heri mendirikan taman kanak-kanak di daerah mereka. Ketika itu, pria yang lahir pada 1987 tersebut tengah aktif blusukan membagikan sembako ke pelosok-pelosok Gunungkidul, daerah kelahirannya.

Mendapat permintaan itu, Bripka Heri kemudian menyurvei lokasi yang dimaksud warga. Dari sana, ia mendapati bahwa di sekitar Dusun Krambil memang tidak ada TK.  Kalau pun ada, lokasinya jauh, sehingga anak-anak biasanya langsung masuk ke sekolah dasar (SD), tanpa mengenal pembelajaran awal di tingkat taman kanak-kanak.

Dia kemudian melihat latar belakang dari keluarga. Dari data dia tahu bahwa rata-rata ekonomi keluarga di daerah itu kelas bawah. Untuk biaya dan keperluan lain juga kesulitan, apalagi tidak semuanya punya sepeda motor untuk mengantar anaknya.

Dia lantas mencari lokasi dan bangunan untuk pendirian TK. Ia bertemu Ngadilah (55) yang dengan senang hati menyambut niat baik Bripka Heri. Ngadilah bahkan secara sukarela memberikan bangunan rumahnya dijadikan TK. Namun, Bripka Heri tetap ingin membayar sewa kepada Ngadilah.

“Dia (Ngadilah) malah kata-kata yang diucapkan pertama itu, 'Alhamdulillah, Pak, bikin sekolah TK di sini',” ucap Bripka Heri mencontohkan percakapannya dengan Ngadilah.

Rumah milik Ngadilah kemudian disulap menjadi TK Bumi Damai Indonesia. Bripka Heri langsung menyewa bangunan itu untuk jangka waktu lima tahun, dengan uang sewa Rp1 juta per tahunnya.

Tidak hanya hati Bripka Heri dan Ngadilah yang tergerak. Ketika mencari guru sebagai tenaga pengajar di TK tersebut, Bripka Heri tidak menemui kendala berarti. Pasalnya, para calon guru menyatakan bersedia menjadi pengajar atas dasar ingin mengembangkan masyarakat Dusun Krambil dan berniat ibadah.
Suasana belajar-mengajar di TK Bumi Damai Indonesia, Dusun Krambil, Desa Girisekar, Kec. Panggang, Kab. Gunungkidul, DIY, Selasa (20/6/2023). (ANTARA/Fath Putra Mulya)

Relakan tukin

Seluruh biaya operasional, dari awal TK Bumi Damai Indonesia berdiri hingga kini, ditalangi oleh Bripka Heri. Ia menggunakan tunjangan kinerja (tukin) miliknya yang berjumlah Rp2,7 juta.

Sebanyak Rp2 juta digunakan untuk menggaji empat orang guru, sementara Rp700 ribu sisanya digunakan untuk operasional yang lain. Namun, terkadang ia juga menggunakan gaji pokoknya guna memenuhi keperluan lainnya.

“Kalau misalkan ini, nih, kayak wisuda ini. Saya ambil dari gaji saya. Itu karena untuk wisuda ini otomatis kami butuh beli toga, konsumsi, dan lain sebagainya,” ucap dia ketika ditemui ANTARA.

Langkah Bripka Heri tersebut tidak dipermasalahkan oleh sang istri. Bripka Heri menjelaskan kepada istri bahwa pendirian TK gratis tersebut bukan tanpa alasan. Kepedulian akan masa depan anak-anak dan urgensi pendidikan usia dini, menjadi bahan bakarnya. Kendati begitu, dia mengaku istrinya sempat terkejut di awal ingin mendirikan TK.

Iki kegiatan opo meneh? (Ini kegiatan apa lagi?)” ucap Bripka Heri menirukan respons istrinya, seraya sedikit terkekeh.

Kepala Sekolah TK Bumi Damai Indonesia Sugiati (52) mengaku kagum dengan pengorbanan Bripka Heri. Dia menilai sosok Bripka Heri sebagai pribadi luar biasa yang peduli dengan pendidikan dan kondisi lingkungan sosial.

Di sisi lain, salah satu wali murid, Wartini (35) mengaku anaknya yang bersekolah di TK Bumi Damai Indonesia menjadi lebih mandiri dan mendapat banyak ilmu. Dia merasa terbantu dengan kehadiran TK ini yang jaraknya tidak jauh dari kediamannya.
Ngadilah (55), sang pemilik bangunan yang menjadi lokasi TK Bumi Damai Indonesia, menyeka air matanya saat diwawancarai di Dusun Krambil, Desa Girisekar, Kec. Panggang, Kab. Gunungkidul, DIY, Selasa (20/6/2023). (ANTARA/Fath Putra Mulya)

Tanah wakaf

Agaknya Bripka Heri telah membuktikan pepatah "Apa yang kau tanam, itu yang kau tuai". Ngadilah, sang pemilik bangunan yang menjadi lokasi berdirinya TK tersebut kemudian mewakafkan lahan miliknya seluas kurang lebih 200 meter kepada Bripka Heri untuk TK Bumi Damai Indonesia.

Ngadilah mengaku dirinya dan keluarga ikhlas mewakafkan tanah itu demi kemajuan TK tersebut. Dia ingin anak-anak sekitar Dusun Krambil tidak perlu jauh-jauh bersekolah ke TK di dusun lain. Selain itu, Ngadilah juga ingin TK Bumi Damai Indonesia dibangun menjadi permanen.

“Saya kasih tanah daripada nyewa. Besok dibangun, ya, Pak (Bripka Heri). Jangan ke mana-mana, kasihan anak-anak,” kata Ngadilah sambil menyeka air mata harunya.

Bripka Heri mengutarakan harapan yang sama. Ke depannya, ia ingin membuat bangunan permanen di tanah yang diwakafkan Ngadilah. Menurutnya, pengelolaan TK membutuhkan keseriusan. Oleh sebab itu, ia senantiasa menyisihkan waktu di sela pekerjaannya sebagai anggota Polri untuk mengurus TK tersebut.

Sejak angkatan pertama hingga ketiga, sekolah yang berjarak 1,5 jam dari pusat Kota Yogyakarta ini telah menampung 76 murid. Sementara itu, untuk tahun ajaran 2023/2024 jumlah siswa yang masuk adalah 31 orang. TK Bumi Damai Indonesia juga telah resmi terdaftar di Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul, ditandai dengan telah didapatnya nomor Data Pokok Pendidikan (Dapodik).

 

Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Masuki M. Astro
COPYRIGHT © ANTARA 2023