Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR RI Yahdil Abdi Harahap berpendapat harus ada konsistensi dalam memperbaiki hukum.

"Berlatar belakang pendidikan hukum, saya merasa dibutuhkan untuk membenahi karut marut hukum di tanah air. Saya menjadi anggota DPR RI karena itu," kata Yahdil saat bincang-bincang dengan ANTARA News, Jakarta, Minggu.

Dengan menjadi anggota DPR, lanjutnya, gagasan dan pemikiran untuk perbaikan hukum bisa diimplementasikan melalui pembuatan undang-undang.

Lulusan Universitas Indonesia itu mengemukakan waktu lima tahun memperbaiki karut marut hukum di tanah air belumlah cukup. Dia menilai  karut marut itu sudah berurat berakar di hampir semua kehidupan masyarakat.

Untuk menyelesaikan secara tuntas hingga hukum benar-benar menjadi panglima, Yahdil akan maju lagi sebagai calon anggota DPR RI.

Anggota Komisi III DPR RI itu berharap, kehadirannya untuk periode berikutnya, mampu membantu dalam  menyelesaikan masalah hukum di tanah air melalui perundang-undangan, terutama undang-undang terkait sengketa tanah dan perkebunan.

Dia menilai permasalahan hukum tak lepas dari mental birokrasi yang dinilainya sudah bobrok. Yahdi yakin bahwa  melalui UU dan contoh langsung, mental birokrasi bobrok bisa diperbaiki.

"Saya akui, masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan hukum di tanah air. Bukan berarti saya dan yang lainnya tak melakukan perbaikan. Belum semua bisa terwujud, dan ada yang sudah bisa diaplikasikan di bidang hukum seperti melakukan pendampingan ke masyarakat mengaktualisasikan aspirasi masyarakat, utamanya di dapil Sumut II," sebut anggota DPR RI dari daerah pemilihan Sumut II itu.

Pria kelahiran 1972 tersebut juga mengemukakan aggota DPR RI perlu sesering mungkin berada di tengah-tengah masyarakat untuk menjawab persoalan yang ada..

"Yang ada sekarang ini, kewajiban anggota DPR RI sudah ada tapi bentuk pertanggungjawabnya belum jelas, bagaimana mengkomunikasikannya ke rakyat," jelasnya.

Di lain pihak, Yahdil mengaku tak bangga menjadi anggota DPR RI. "Tepatnya, rasa lebih dibutuhkan masyarakat. Biasa-biasa saja, tak pernah pakai pin, tak menggunakan mobil mewah. Yang penting adalah menyuarakan kepentingan masyarakat," ungkap dia.

Ia menuturkan, selain gaji pokok, dana-dana tunjangan yang didapatkan selalu digunakan untuk kepentingan masyarakat yang ada di dapilnya. "Bahkan, sering nombok lah," akunya.

Ia juga tak menggunakan mobil mewah. "Kalau mobil bagus, itu pasti. Tapi tak pantas anggota dewan menggunakan mobil mewah. Mobil pun saya nyicil," sebut mantan Ketua BM PAN itu.

Ayah empat anak itu terinspirasi dengan sosok Amien Rais. Ia terkesan dengan Amien Rais saat mulai melakukan gerakan reformasi yang berpusat di Gedung PP Muhammadiyah.

Semua acara Amien Rais  ketika masa reformasi selalu diikutinya. "Saya ikuti Amien Rais dengan mengikuti pertemuan dengan tokoh bangsa, mahasiswa, yang rencana gerakan reformasi. Saya terus ikuti sampai terbentuknya PAN, memang tidak ikut langsung, sebagai follower ."

(Zul)

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2013