Bogor (ANTARA) — Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) terus mendorong pemangku kepentingan dari berbagai sektor untuk mendukung peningkatan iklim investasi di bidang efisiensi energi. Hal ini dilakukan guna mendorong pencapaian target penurunan emisi gas rumah kaca hingga 31,89% terhadap business as usual pada tahun 2030 dan emisi nol karbon (Net Zero Emissions/NZE) pada tahun 2060.

“Efisien energi merupakan “first fuel” dalam transisi energi karena memberikan hasil mitigasi emisi gas rumah kaca yang cepat dengan biaya yang efektif, serta meningkatkan ketahanan energi. Seluruh stakeholder terkait memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan investasi dalam proyek efisiensi energi,” ujar  Direktur Konservasi Energi, Gigih Adi Atmo ketika menyampaikan sambutan pada Forum Bisnis Investasi Proyek Efisiensi Energi di Bogor, Kamis.

Gigih memaparkan, Pemerintah telah menetapkan target penurunan konsumsi energi final sebesar 17 persen dibandingkan business as usual pada tahun 2025 dan penurunan intensitas energi final sebesar 1 persen per tahun. Sementara itu, proyek-proyek efisiensi energi memiliki karakteristik yang unik. Keuntungan proyek efisiensi energi didapatkan dari jumlah energi yang dihemat, berbeda dengan proyek energi pada umumnya yang dihitung berdasarkan energi yang dihasilkan. Perbedaan karakteristik ini membutuhkan skema pembiayaan yang khusus untuk efisiensi energi.

“Diperlukan kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong aliran dana publik maupun swasta pada kegiatan efisiensi energi,” ungkapnya.

Pada kesempatan ini, Ia juga menyampaikan dari sisi kebijakan, Pemerintah juga mengupayakan penguatan pelaksanaan konservasi energi di Indoensia, baik di sisi supply maupun demand. Salah satunya melalui penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2023 tentang Konservasi Energi yang menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009.

“Peraturan ini menjadi langkah awal untuk membangun kepastian hukum dan berusaha mengenai usaha jasa konservasi energi dan tentunya menjadi stimulan bagi Lembaga Jasa Keuangan untuk memainkan peran penting di sisi investasi, termasuk dengan adanya mandatori untuk bangunan gedung,” pungkasnya.

Adapun pelaksanaan manajemen energi yang sudah berlangsung saat ini, menghasilkan penghematan energi sebesar 20,4 TWh dan mengurangi emisi sebesar 11,7 juta ton CO2e di tahun 2022. Angka penghematan energi tersebut setara dengan 2,4% terhadap total konsumsi energi. Penghematan ini sebagian besar diperoleh melalui no cost dan low cost investment. Ke depan, dengan dukungan dari semua pihak termasuk sektor pembiayaan, diharapkan penghematan yang dicapai akan menjadi lebih tinggi.

Forum Bisnis Investasi Proyek Efisiensi Energi dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 20-21 Juni 2023 di Bogor dengan mengundang Kementerian/Lembaga Pemerintah, industri jasa keuangan, asosiasi, perusahaan manajemen perhotelan, pengelola gedung komersial, peserta Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi (PSBE) 2022 kategori gedung retrofit, peserta PSBE 2022 kategori manajemen energi gedung besar, rumah sakit, mitra pembangunan, penyedia teknologi hemat energi dan perusahaan jasa penunjang/ESCO. 

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2023