Denpasar, (ANTARA News) - Anggrek Dendrobium Bintang Puspayoga raih "The Best of Session" yang berpeluang menjadi salah satu daya tarik wisata di Bali selain budaya adiluhung dan pemandangan indah yang sudah terkenal ke mancanegara. Demikian dinyatakan oleh Presiden Orchid Society of South East Asia (OSEA) Dr John M. Elliot disela penyelenggaraan Bali Orchid Show ke-2, di Kuta, Jumat (16/6). Dalam kontes tersebut anggrek Dendrobium Bintang Puspayoga hasil ternakan Asosiasi Petani Anggrek Indonesia (APAI) Denpasar berhasil menyabet predikat "The Best Session". Predikat ini diraih karena anggrek dengan warna bunga ungu ini berhasil meraih juara 1 dalam group Dendrobium dan juara satu dalam kelas hybrid. Tim juri kontes sebanyak 13 orang terdiri dari pakar dan petani anggrek dari Singapore, Malaysia dan Indonesia. Ia mengatakan bahwa keindahan bunga dan tanaman anggrek bisa menjadi atraksi yang dinikmati wisatawan. "Bunga anggrek itu cantik-cantik lho dan bisa dinikmati," jelas Elliot yang juga Direktur Kebun Raya Singapore. Ditambahkannya, manusia Bali dianugrahi karunia untuk mengubah hasil alam menjadi suatu keindahan yang mempunyai daya tarik. "Misalnya kayu dan batu-batuan diolah menjadi karya seni yang dapat diperjualbelikan,? jelas penggemar anggrek ini. Demikian juga dengan petani anggrek Bali. Menurutnya hasil ternakan anggrek Bali bagus-bagus, baik dari keragaman jenis maupun kesehatan tanaman. "Iklim Indonesia juga sangat mendukung karena mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi," tambah Editor Malayan Orchid Review ini. Bandingkan dengan Singapura yang hanya mempunyai dataran rendah sehingga iklimnya panas. "Singapura harus mengimpor beberapa tanaman dan bunga potong yang tidak bisa tumbuh di sana,? jelas Elliot. Selain sebagai daya tarik wisata anggrek juga mempunyai potensi bisnis yang besar. "Salah satunya adalah sebagai bunga potong dalam rangkaian bunga hias,? tambah petani anggrek yang gemar fotografer ini. Sebab anggrek memiliki warna dan bentuk yang indah serta memiliki daya tahan yang cukup lama. Belum lagi sebagai tanaman hias karena anggrek yang berbunga dapat bertahan cukup lama meski di dalam ruangan. Salah satu kendala yang dihadapi Indonesia adalah cukup banyak petani yang memilih menjual langsung anggrek alam yang diperolehnya dari hutan. "Memang lebih murah dan lebih mudah, tapi dapat mengancam kelestarian alam dan spesies anggrek itu sendiri," katanya. Menurutnya, petani Indonesia sebaiknya mencari induk dari alam kemudian dikembangbiakkan. "Malah dengan cara seperti itu akan dapat dihasilkan varietas anggrek yang cantik dan unik," ujar Elliot yang mengaku lebih memilih anggrek hasil budidaya dibanding anggrek alam meski lebih eksotis. Elliot mewakili tim juri menyatakan anggrek Dendrobium Bintang Puspayoga berhasil meraih "The Best Session" karena memiliki bunga cantik dan warna kontras serta kelopak bunga tebal. Ia mengatakan, anggrek ini berpotensi besar sebagai induk untuk dikawinsilangkan kembali sehingga memperoleh varietas baru yang cantik dan unik. Tim juri dalam menilai ratusan anggrek peserta kontes menetapkan kriteria bentuk fisik (keadaan batang, bunga dan daun), penampilan dan tingkat kesulitan budidaya.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006