Kuala Lumpur (ANTARA News) - Thailand dan salah satu kelompok pejuang di bagian selatan negara itu akan membuka perundingan di Kuala Lumpur dalam dua pekan mendatang untuk mengakhiri perlawanan berdarah, kata Perdana Menteri Malaysia Najib Razak pada Kamis.

Najib Razak mengungkapkan berita itu sesudah pembicaraan dengan tamu Thailand-nya, Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, dan mengikuti kesepakatan, yang ditandatangani pada hari sebelumnya oleh Thailand dan kelompok pejuang Barisan Revolusi Nasional (BRN) untuk memulai upaya perdamaian.

Yingluck menyatakan Thailand ingin melihat penyelesaian langgeng di propinsi perbatasan selatan itu, tempat perlawanan sembilan tahun sejumlah kelompok bayangan menewaskan lebih dari 5.500 jiwa.

"Kita harus bergerak maju secepat mungkin," katanya dalam jumpa pers di kantor pusat pemerintah Malaysia, Putrajaya.

Yingluck berada di Malaysia tetangganya untuk pembicaraan tahunan dengan Najib tentang masalah dwipihak. Pada tahun ini, mereka berpusat pada perlawanan keras di sepanjang perbatasan kedua negara itu.

Banyak warga propinsi selatan Thailand itu suku Melayu Muslim, yang tersinggung diperintah oleh suku Siam Buddha. Wilayah itu dilanda hampir setiap hari serangan senjata dan bom gerilyawan, yang mencari swatantra lebih besar, yang ditolak Thailand.

Perjanjian memulai pembicaraan perdamaian itu ditandatangani di Kualalumpur pada Kamis pagi oleh Letnan Jenderal Paradorn Pattanathabutr, sekretaris jenderal Dewan Keamanan Negara Thailand, dan Hassan Taib, wakil dari BRN.

Namun, pengulas tak sepakat menyatakan berita menandai terobosan, kerana mencatat sifat pecah pejuang, kurang tuntutan nyata dan kesulitan Thailand menemukan pembicara bagi pejuang di lapangan.

BRN adalah salah satu kelompok besar, yang disalahkan Thailand atas kekerasan itu, tapi tetap menjadi harus dilihat apakah yang lain akan ikut berunding.

Thailand bersedia terlibat dalam pembicaraan terbuka dengan semua pihak dan kelompok terkait untuk mengatasi akar penyebab masalah itu, kata Yingluck.

Para pemimpin itu tidak memberikan tanggal perundingan tersebut. Seorang pejabat Malaysia menyatakan pertemuan itu pada awalnya akan menentukan "panduan" untuk ke depan, dengan menambahkan bahwa kelompok lain diharapkan bergabung.

"Mari berharap dan berdoa bahwa serangkaian pembicaraan, yang akan dimulai dalam dua pekan ini di Kualalumpur membawa hasil diinginkan," kata Najib.

Marc Askew, pakar Thailand selatan di Universitas Melbourne, menyatakan sedikit bukti bahwa wakil "tunjukan sendiri" dari berbagai kelompok adalah pengendali perlawanan.

"Tantangannya selalu sama, terhubung dengan pejuang, bukan hanya pembicara," katanya kepada AFP.
(B002/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2013