Narathiwat, Thailand (ANTARA News) - Enam orang cedera akibat ledakan bom yang diletakkan di sepeda motor di Provinsi Narathiwat Thailand Selatan, Jumat, setelah pemerintah Thailand menandatangani perjanjian perdamaian dengan salah satu dari beberapa kelompok gerilyawan.

Ledakan itu terjadi sehari setelah pemerintah Thailand setuju melakukan perundingan dengan Barisan Revolusi Nasional (BRN), bagian dari kelompok-kelompok gerilyawan di selatan yang berpenduduk mayoritas Muslim dan mana pemberontakan menewaskan lebih dari 5.500 orang sejak tahun 2004.

"Kami yakin bahwa insiden ini adalah perbuatan gerilyawan yang ingin menunjukkan kekuasaan mereka dan untuk mendiskreditkan pemerintah," kata Somchai Panomuppakarn, wakil ketua penyelidik kepolisian kota Narathiwat.

Tetapi Perdana Menteri Yingluck Shinawatra membantah pernyataan itu, dan mengatakan penghentian serangan membutuhkan waktu.

"Bom-bom ini adalah satu hal yang biasa terjadi, itu bukan pembalasan terhadap pemerintah. Penandatanganan perjanjian kemarin bukan berarti bahwa aksi kekerasan akan segera berhenti," katanya kepada wartawan.

Seorang pria berusia 66 tahun berada dalam kondisi kritis akibat cedera kena pecahan bom dan mukanya terbakar setelah ledakan Jumat yang juga mencederai empat wanita dan seorang tentara.

Pemberontakan yang menuntut otonomi lebih luas melanda beberapa provinsi selatan yang berbatasan dengan Malaysia selama sembilan tahun-- dengan hampir setiap hari terjadi penembakan dan ledakan bom.

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak Kamis mengatakan negaranya akan menjadi tuan rumah perundingan antara pemerintah Thailand dan kelompok gerilyawan di Kuala Lumpur dalam dua pekan, setelah diskusi-diskusi dengan Yingluck berada di Malaysia untuk pertemuan bilateral tahunan.

(H-RN)

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2013