Jakarta (ANTARA News) - PT Angkasa Pura I (AP I) mengumumkan enam bandara yang berada di bawah kendalinya menderita rugi berkisar antara Rp3 miliar hingga Rp49 miliar pada tahun 2012.

"Dari 13 bandara yang kami kelola, hanya 7 bandara yang menguntungkan, sedangkan 6 bandara mengalami rugi," kata Direktur Utama AP I, Tommy Soetomo, saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI, di Gedung MPR/DPR-RI di Jakarta, Senin.

Menurut Tommy, keenam bandara yang mengalami defisit tersebut Bandara Selaparang, Mataram rugi Rp49,256 miliar, Bandar Eltari Kupang Rp7,137 miliar, Bandara Frans Kaisepo Biak Rp23,805 miliar, Bandara Adisumarmo, Solo Rp22,476 miliar, Bandara Pattimura Ambon Rp22,874 miliar, dan Bandara Sam Ratulangi Manado rugi Rp3,852 miliar.

Sedangkan tujuh bandara yang untung meliputi Bandara Ngurah Rai Bali Rp796,97 miliar, Bandara Juanda Surabaya Rp313,927 miliar, Bandara Sepinggan Balikpapan Rp104,049 miliar.

Selanjutnya Bandara Adisucipto Yogjakarta membukukan keuntungan Rp64,472 miliar, Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin Rp30,494 miliar, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar Rp39 miliar, sedangkan Bandara Ahmad Yani Semarang Rp7,03 miliar.

Tommy menjelaskan, defisit pendapatan yang diderita enam bandara tersebut antara lain karena keterbatasan kapasitas dalam mengembangkan bisnis.

"Hampir sebagian besar bandara tersebut tidak bisa lagi dikembangkan atau diperluas, karena keterbatasan lahan. Sementara daya tampung atau kapasitas sangat terbatas," katanya.

Idealnya, sebuah bandara jika sudah memiliki lalulitas penumpang hingga di atas 3 juta orang per tahun sudah harus diperluas.

Ia mencontohkan, Bandara Adisucipto, Jogjakarta saat ini jumlah penumpang yang dilayani mencapai sekitar 4,9 juta penumpang per tahun sehingga membutuhkan perluasan bandara.

"Saat ini kajian untuk membangun bandara baru di kawasan Kulon Progo sudah selesai, namun hingga kini belum terealisasi karena masih terkendala pembebasan lahan," ujar Tommy.

Diakuinya, perluasan lahan menjadi masalah klasik hampir seluruh bandara karena umumnya berdampingan dengan lahan milik TNI, seperti Adisucipto dengan TNI Angkatan Udara, Ahmad Yani dengan TNI Angkatan Udara, Bandara Juanda Surabaya bersebelahan dengan tanah milik TNI Angkatan Laut.

"Secara teknis baik dari sisi layanan ruang udara di kawasan tersebut sudah tidak memadai. Ini yang mengakibatkan hilangnya potensi pendapatan bandara berkisar 30-40 persen setiap tahunnya," kata Tommy.

Pada tahun 2013, AP I menargetkan pendapatan sebesar Rp3,1 triliun, melonjak 16,10 persen dibanding realisasi pendapatan tahun 2011 sebesar Rp2,67 triliun.

Saat yang sama laba sebelumnya pajak sekitar Rp787,86 miliar, naik dari tahun sebelumnya Rp656,35 miliar.

(R017)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2013