Tokyo (ANTARA News) - Jepang pada Kamis mencalonkan seorang pejabat kementerian keuangan senior untuk jabatan tertinggi di Bank Pembangunan Asia (ADB), karena Tokyo ingin mempertahankan perannya yang telah dipegang selama hampir 50 tahun.

Tokyo mengatakan pihaknya telah menunjuk Takehiko Nakao, wakil menteri keuangan bidang internasional, untuk memimpin ADB yang berkantor pusat di Manila, karena ketua saat ini akan mengambil alih jabatan kepala bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ).

Ketua ADB Haruhiko Kuroda pekan lalu dicalonkan sebagai gubernur bank sentral Jepang, dan lulusan Oxford University itu mengatakan ia akan mengundurkan diri sebagai pimpinan pemberi pinjaman anti kemiskinan itu pada akhir bulan ini.

Menteri Keuangan Taro Aso pada Kamis menjelaskan Nakao, 57 tahun, sebagai "calon yang paling memenuhi syarat untuk memenuhi tanggung jawab penting sebagai presiden ADB," mengutip pengetahuannya yang luas dan mendalam tentang wilayah Asia".

Birokrat kebijakan valuta asing itu telah "membina hubungan dekat dengan tokoh terkemuka" di seluruh Asia, ekonomi terkemuka Kelompok 20 (G20) dan organisasi lainnya termasuk Dana Moneter Internasional (IMF), kata Aso.

Nakao telah menjadi wajah publik dalam pertempuran Tokyo untuk menangkis tuduhan dari luar negeri, terutama di Eropa, bahwa mereka telah merekayasa penurunan yen dalam beberapa bulan terakhir untuk membantu eksportir negara itu yang terpukul keras.

Para kritikus memperingatkan bahwa kebijakan moneter Jepang bisa memicu perang devaluasi mata uang global.

Sejak didirikan pada 1966, setiap presiden ADB selalu diduduki oleh Jepang mirip dengan Amerika Serikat untuk presiden Bank Dunia dan Eropa di Dana Moneter Internasional (IMF).

Namun negara-negara berkembang telah menjadi kritikus semakin vokal atas kontrol AS dan Eropa di institusi tersebut, sekalipun mereka memiliki kekuatan ekonomi dan mempengaruhi global.

Jepang dan AS adalah dua kontributor terbesar ADB dan memegang sekitar seperempat dari hak suara, tetapi perekrutan Nakao bukanlah sebuah kemenangan yang mudah karena raksasa regional China dan India juga memegang beberapa kekuasaan atas proses tersebut.

Tidak jelas jika negara-negara anggota lainnya akan mencalonkan pesaing untuk menantang Nakao, namun kepala keuangan Tokyo mengatakan Jepang sedang melobi untuk mempekerjakan Nakao dengan 66 negara anggota ADB lainnya.

"Ini adalah pemahaman bersama dari komunitas internasional bahwa kepala dari lembaga-lembaga internasional harus dipilih secara terbuka, transparan, dan berdasarkan prestasi," kata Aso dalam sebuah pernyataan dikutip AFP.

"Dalam hal ini, saya akan mencari dukungan yang kuat dari semua negara anggota ADB untuk pencalonan Pak Nakao menjadi Presiden."

Pada Kamis, Nakao mengutip peningkatan kualitas hidup di antara keanggotaan luas pemberi pinjaman sebagai tujuan utama dengan perhatian khusus pada bidang termasuk infrastruktur, lingkungan, pendidikan dan pengembangan sektor keuangan.

"Pentingnya meningkatkan pembangunan sektor swasta, yang merupakan sumber pertumbuhan," katanya dalam sebuah pernyataan, menyerukan anggota untuk "mengejar kebijakan makroekonomi yang sehat" sementara meningkatkan tata kelola dan membuat perubahan struktural dalam perekonomian mereka.

Kepala baru dari pemberi pinjaman, yang membantu anggotanya berkembang dengan bantuan seperti pinjaman, hibah dan dukungan teknis itu, akan dipilih sebelum pertemuan tahunan pada Mei, Jiji Press melaporkan.

Kandidat yang berhasil perlu mendapatkan dukungan mayoritas baik dari segi hak suara maupun anggota, yang meliputi Afghanistan, Indonesia, dan Pakistan.

(A026)

Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2013