Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua DPR RI bidang Korkesra Abdul Muhaimin Iskandar meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk meningkatkan pengawasan dan melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap hewan-hewan ternak secara berkala di tiap daerah.

Hal ini menyusul munculnya kasus antraks di Kabupaten Gunung Kidul. Kasus ini menyebabkan tiga orang warga meninggal dunia dan 87 lainnya ikut terpapar di Dusun Jati, Candirejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, D.I.Yogyakarta.
 
"Saya minta Kemenkes untuk meningkatkan pengawasan. Kalau perlu periksa kesehatan hewan-hewan ternak di semua daerah secara berkala. Apalagi antraks ini sudah menelan korban jiwa," kata Cak Imin dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis.
 
Menurut Cak Imin, antraks bisa dicegah jika ada surveilans yang konsisten terhadap penyakit ternak bersifat zoonosis dan edukasi kepada masyarakat.
 
Untuk itu, dia mendorong Kemenkes agar mencegah potensi tersebarnya antraks di Gunung Kidul ke daerah lain.
"Jangan sampai antraks di Gunung Kidul merembet ke daerah lain. Pemeriksaan setiap ternak harus diutamakan, juga edukasi ke masyarakat ini juga penting dilakukan," ujarnya.
 
Di sisi lain, Cak Imin juga mengingatkan masyarakat untuk tidak menyembelih dan mengonsumsi hewan yang sakit atau bahkan mati dan dikubur.

Selain dilarang menurut agama, konsumsi hewan sakit atau yang sudah mati sangat membahayakan kesehatan.
 
"Saya ingatkan masyarakat untuk tidak menyembelih dan mengonsumsi hewan yang sakit, apalagi sudah mati dan dikubur. Bahayanya sangat tinggi untuk kesehatan mereka. Islam juga melarang karena kalau hewan mati tanpa diketahui sebabnya itu kan bangkai," tegas Cak Imin.
 
Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyatakan tiga korban antraks berasal dari Kecamatan Semanu, Gunung Kidul.
 
Satu dari tiga orang yang meninggal, lanjut Nadia, mereka teridentifikasi positif antraks dan dua lainnya meninggal dengan gejala antraks. Kemenkes akan mengonfirmasi lebih lanjut mengenai kasus ini.
 
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunung Kidul Retno Widyastuti mengatakan penularan antraks di daerahnya diduga terkait tradisi brandu.

"Penularan antraks di daerahnya diduga terkait tradisi brandu yang dilakukan masyarakat setempat saat ada hewan ternak mati atau sakit," pungkas Retno.

Baca juga: Ketua MPR minta pemerintah selidiki kasus antraks di Gunungkidul
Baca juga: Pemkab Bantul minta peternak segera lapor ternak sakit cegah antraks
Baca juga: Tak tetapkan KLB, Pemkab Gunungkidul: Antraks masih dapat ditangani

Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Indra Gultom
COPYRIGHT © ANTARA 2023