Singapura (ANTARA) - Dolar bertahan di kisaran ketat di awal sesi Asia pada Jumat pagi, karena investor menunggu laporan pekerjaan utama AS dan menimbang prospek suku bunga Federal Reserve yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama terhadap prospek pertumbuhan ekonomi.

Laporan penggajian non-pertanian (NFP) yang diawasi ketat akan dirilis pada Jumat, di mana ekspektasi ekonomi AS akan menambah 225.000 pekerjaan pada Juni.

Rilis tersebut mengikuti data pada Kamis (6/7/2023) yang menunjukkan angka penggajian swasta melonjak bulan lalu sementara jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat moderat pekan lalu, menunjukkan pasar tenaga kerja tetap kokoh.

Itu membuat imbal hasil obligasi pemerintah AS melonjak karena taruhan meningkat bahwa Fed akan menaikkan suku bunga lebih jauh untuk menjinakkan inflasi, menjaga dolar tetap tinggi di awal perdagangan Asia pada Jumat.

Terhadap greenback, euro tergelincir 0,02 persen menjadi 1,0890 dolar, sementara dolar Selandia Baru yang mengalami penurunan di sesi sebelumnya dan naik 0,09 persen menjadi 0,6163 dolar AS.

Sterling juga lebih rendah terhadap dolar dan terakhir dibeli 1,2734 dolar, meskipun pada Kamis (6/7/2023) naik ke level tertinggi dua minggu di 1,2780 dolar, karena pasar bertaruh bahwa Bank Sentral Inggris akan menaikkan suku bunga menjadi 6,5 persen awal tahun depan, naik dari ekspektasi sebelumnya pada puncak 6,25 persen.

"Data (AS) yang kuat mendorong ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga FOMC kedua, yang sebelumnya dianggap tidak mungkin," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia (CBA), mengacu pada kenaikan suku bunga tambahan dari Fed setelah kemungkinan kenaikan 25 basis poin bulan ini, dikutip dari Reuters.

"Poin-poin data tersebut menunjukkan penggajian malam ini dan mungkin data pendapatan rata-rata (bisa) mengalahkan estimasi konsensus lagi, dan jika kita mendapatkan hasil yang kuat lainnya, itu bisa memperkuat dolar lebih lanjut."

Indeks dolar naik 0,03 persen menjadi 103,12, sementara imbal hasil obliogasi pemerintah AS melayang di dekat puncaknya baru-baru ini.

Imbal hasil obligasi pemerintah dua tahun, yang biasanya mencerminkan ekspektasi suku bunga jangka pendek, stabil di atas 5,0 persen, setelah melonjak ke level tertinggi 16 tahun di 5,12 persen sehari sebelumnya.

Imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun terakhir di 4,0431 persen, tidak jauh dari puncak empat bulan sesi sebelumnya di 4,0830 persen.

Hal itu mempertahankan kurva imbal hasil obligasi pemerintah AS dua hingga 10 tahun yang diawasi ketat, dilihat sebagai indikator ekspektasi ekonomi, sangat terbalik pada negatif 96,90 basis poin.

"Pasar obligasi, setidaknya, masih mengkhawatirkan dampak kebijakan moneter ketat di AS terhadap ekonomi, dan faktanya, kami masih memperkirakan ekonomi AS akan memasuki resesi akhir tahun ini," kata Kong.

Di tempat lain, yen terakhir dibeli 144,06 per dolar dan berada di jalur untuk kenaikan tipis mingguan, membalikkan penurunan tiga minggu berturut-turut.

Mata uang Jepang telah didukung oleh kenaikan permintaan safe haven minggu ini didukung oleh tertekannya selera risiko karena kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan global.

Aussie naik 0,09 persen menjadi 0,66315 dolar AS, meskipun tampaknya akan memperpanjang penurunan minggu ketiga berturut-turut, lebih lanjut ditekan oleh pemulihan ekonomi China yang goyah.

Baca juga: Rupiah melemah jadi Rp15.120 per dolar AS
Baca juga: Yuan China terkerek 44 basis poin menjadi 7,2054 terhadap dolar AS
Baca juga: Dolar AS melemah meskipun data tenaga kerja dan sektor jasa-jasa solid

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
COPYRIGHT © ANTARA 2023