Surabaya (ANTARA News) - Kendati penyebaran luapan lumpur kian meluas dan jumlah pengungi sudah mencapai 4.000 orang lebih, Kementerian Lingkungan Hidup baru bisa mengumumkan dampak lumpur berbahaya atau tidak bagi kesehatan pada pekan depan. "Kami sudah mengambil satu `sample`, hasil tes yang sudah keluar kalau lumpur itu berbahaya atau tidak baru dari PCLP, hasil sebuah laboratorium di Jatim," kata Deputi Kementrian Lingkungan Hidup Bidang Pengawasan Pencemaran Lingkungan, Gempur Adnan, di sela-sela Rakor Mengatasi Luapan Lumpur di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin. Tes laboratorium di Jatim itu untuk mengetahui kalau barang ditempatkan di tanah berbahaya atau tidak. "Dari standar yang ada PCLP-nya jauh dibawah standar, tapi kami masih akan tes lagi," katanya. Yang kedua, ujar dia, adalah soal bau, "Kami sudah mengambil `sample`, secara kualitatif kami akan lihat mengandung apa saja. Nanti baru akan kami tentukan berbahaya atau tidak. Kalau berbahaya apa yang harus dilakukan," katanya. Gempur mengakui pihaknya baru turun ke lokasi Minggu (18/6). "Kami baru turun kemarin, kami baru melihat karena sudah begitu menyebar. Beberapa waktu lalu belum terlihat, baru minggu terakhir dampaknya begitu luas," katanya. Ketika ditanya warga banyak yang terkena ISPA, dia mengatakan apapun yang terjadi "sample" sudah dikirim ke Jakarta dan akan keluar Mingggu ini karena laboratorium penelitian biasanya tiga hingga empat hari. Ditanya tentang gagasan membuang lumpur ke Kali Porong, dia mengatakan pembuangan ke Kali Porong dan Kali Mati merupakan jalan terakhir kalau sudah tidak ada cara lagi. "Sekarang masih terus mencari upaya dengan harapan bisa berhenti," katanya. Gempur mengatakan kalau lumpur mengendap dan air berada diatas pengelolaan, akan lebih mudah namun kenyataan di lapangan tidak seperti itu.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006