Denpasar (ANTARA News) - Aneka jenis tas kain jins bekas yang dibubuhi manik-manik berdesain khas Bali laris diekspor untuk konsumen di sejumlah negara Eropa, terutama ke Prancis. "Tas hasil kerajinan tangan itu baru berkembang sejak pertengahan 2004 dengan permintaan konsumen terbanyak asal Prancis, disamping untuk pembeli dalam negeri," kata Ni Made Wahyuni, seorang perajin dan eksportir, di Denpasar, Bali, Selasa. Selain tas kain jins bekas itu, ia juga mengemukakan, banyak permintaan tas berbahan batok (tempurung) kelapa, anyaman bambu warna warni, dan ada pula permintaan dari Eropa terhadap tas pelepah pohon pisang. Ia mengemukakan, permintaan konsumen dapat dinilai aneh-aneh dan unik, namun perajin di pulau dewata mampu memenuhi sebagian besar permintaan konsumen mancanegara, sehingga pebisnis luar negeri tak ragu memesan mata dagangan tersebut. Wahyuni mengakui, pihaknya tidak terlalu banyak bisa mengekspor komoditas yang hampir sepenuhnya buatan tangan manusia itu, namun cukup menguntungkan untuk menampung sejumlah tenaga wanita pekerja dari pedesaan. "Tas berbahan baku jins bekas itu pada awalnya mampu diproduksi dan diekspor sekitar 200 buah per bulan, namun sekarang permintaannya cukup banyak, bahkan hingga seribu per bulan. Banyak usaha kerajinan tas bermunculan di Bali," katanya. Hal itu juga menyebabkan perdagangan tas dari Pulau Dewata menjadi meta dagang ekspor, terutama ke AS, Eropa, dan Asia yang nilai ekspornya mengalami peningkatan hingga 117 persen selama periode Januari-April 2006. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali mencatat, realisasi ekspor tas dari berbagai jenis dan ukuran selama empat bulan tersebut bernilai 785.422 dolar AS, atau naik dari periode yang sama setahun sebelumnya, yakni senilai 361.548 dolar AS. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006