Singapura (ANTARA) - Harga minyak mentah berjangka tergelincir di awal perdagangan Asia pada Kamis, memperpanjang kerugian sesi sebelumnya, karena dolar AS menguat dan aksi ambil untung setelah stok minyak mentah AS turun kurang dari yang diperkirakan.

Minyak mentah berjangka Brent merosot 14 sen menjadi diperdagangkan di 79,32 dolar AS per barel pada pukul 00.01 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 15 sen menjadi 75,20 dolar AS per barel.

Kekuatan dalam indeks dolar AS membebani harga. Dolar melambung pada Rabu (19/7/2023) setelah sentimen didorong oleh inflasi di Inggris yang jatuh lebih dari yang diperkirakan pada Juni ke laju paling lambat dalam lebih dari setahun di 7,9 persen.

Greenback yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lainnya.

Juga membebani sentimen, persediaan minyak mentah AS turun 708.000 barel pada minggu lalu menjadi 457,4 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 2,4 juta barel, data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan pada Rabu (19/7/2023).

Di sisi permintaan, pasar sedang menunggu untuk melihat langkah apa yang diambil China guna mendorong pertumbuhan setelah perencana ekonomi utamanya berjanji pada Selasa (18/7/2023) untuk meluncurkan kebijakan buat "memulihkan dan memperluas" konsumsi di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.


Baca juga: Harga minyak naik tipis di Asia jelang data stok minyak mentah AS
Baca juga: Rubel Rusia tergelincir dekati level terendah 16 bulan terhadap euro
Baca juga: Minyak turun di perdagangan Asia tertekan kekhawatiran permintaan AS

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2023