Jakarta, 24/3 (ANTARA) - Aktivitas bisnis di kawasan Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle) yang di dalamnya terdapat enam negara Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Philipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste. akan semakin meningkat setiap tahunnya. Diprediksi, nilai ekspor perikanan dari negara-negara di segitiga terumbu karang pada tahun 2011 mencapai US$ 4.5 miliar. Bahkan dari sektor pariwisata bahari di kawasan tersebut mampu mendulang pendapatan hingga US$ 12 miliar per tahunnya.  Demikian dikatakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo, ketika membuka Forum Bisnis Regional III Segitiga Terumbu Karang Dunia, 24 – 26 Maret 2013 di Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali (24/3).

     Potensi kawasan Segitiga Terumbu Karang dunia tersebut, masih sangat besar.  Oleh sebab itu, untuk menjaganya diperlukan langkah-langkah strategis yang mampu  mengawinkan antara keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi. Terutama didalam forum ini hadir perusahaan perikanan, industri seafood, perusahaan perkapalan dan pelayaran, dan operator perjalanan dan pariwisata bahari. “Mereka, di kawasan segitiga terumbu karang akan saling bertukar informasi tentang inovasi dan langkah-langkah kongkrit yang telah diambil untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan laut melalui adopsi penerapan bisnis yang lebih bertanggungjawab,” ujar Sharif.

     Lebih lanjut menteri mengatakan, bagi negara-negara di kawasan segitiga terumbu karang seperti Indonesia, yang sebagian besar wilayahnya adalah laut, pembangunan berkelanjutan melalui pendekatan blue economy adalah sebuah keniscayaan.Terutama dengan pendekatan blue economy akan mendorong kita untuk mengelola sumberdaya alam secara efisien melalui kreativitas dan inovasi teknologi. Konsep ini juga mengajarkan bagaimana menciptakan produk nir-limbah (zero waste) sekaligus menjawab ancaman kerentanan pangan serta krisis energi (fossil fuel). ”Konsep ini juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, mengubah kemiskinan menjadi kesejahteraan serta mengubah kelangkaan menjadi kelimpahan,” jelasnya

     Sharif menegaskan, penerapan konsep blue economy akan berjalan dengan baik jika ada jalinan kerjasama semua pemangku kepentingan. Guna mewujudkan hal tersebut, sangat dibutuhkan dukungan kemitraan dari masyarakat, sektor swasta, akademisi, peneliti, pakar pembangunan, lembaga nasional dan internasional. Mereka secara bersama-sama dapat mendorong dan mengawal transformasi menuju pemanfaatan sumberdaya laut yang berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Apalagi forum regional bisnis ini, juga menyajikan potret dan peluang kemitraan yang lebih luas antara publik, private, LSM, masyarakat lokal serta pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya laut. “Saya yakin, kemitraan yang kita jalin ini akan menyukseskan implementasi blue economy di kawasan segitiga terumbu karang, dan membuktikan bahwa dengan blue economy kita mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan ekosistem laut yang sehat,” tegasnya

     Investasi Biru

     Sharif menegaskan, Pemerintah Indonesia sangat bangga menjadi tuan rumah The Third Coral Triangle Regional Business Forum.  Di mana, bersama mitra-mitra The Coral Triangle Initiatives on Coral Reefs, Fisheries and Food Securities (CTI-CFF) pada tahun ini diberi kesempatan menjadi tuan rumah event besar. “Pada acara yang luar biasa ini, kita bersama-sama akan menyaksikan bagaimana dunia usaha berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan melalui solusi bisnis yang inovatif dan kreatif, yang tidak hanya profitable tetapi juga environmentally sustainable,” tandasnya

     Dijelaskan, pada Regional Business Forum sebelumnya diselenggarakan di Manila tahun 2010, kemudian berlanjut pada tahun 2011 di Kuala Lumpur. Acara ini menunjukkan bahwa forum ini telah meretas jalan dalam rangka peningkatan investasi “hijau”, atau lebih tepatnya “investasi biru” di kawasan segitiga terumbu karang. Terutama, melalui pengembangan kemitraan multi sektor menuju pertumbuhan sosial ekonomi. Apabila pada kedua forum tersebut, secara garis besar fokus dalam memberikan contoh-contoh dan kemitraan “green economy in a blue world”, maka untuk event yang ketiga kali ini, regional business forum ini mampu menghadirkan sejumlah peluang-peluang usaha. Di mana dunia usaha akan merespon trend peningkatan permintaan terhadap produk-produk, baik barang maupun jasa yang environmentally sustainable. “Pola ini sebagaimana konsepsi blue economy yang digagas oleh Mr. Gunter Pauli dari Zero Emission Research and Initiatives” jelasnya

     Ditambahkan, Pemerintah Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan Asia Pacific Economic Cooperation Forum (APEC), pada bulan November nanti di Bali. Pada pertemuan tersebut Indonesia diharapkan akan menunjukan kepemimpinannya di kawasan Asia Pasifik dalam mempromosikan kebutuhan akan komitmen bersama terhadap pengelolaan dan pemafaatan sumberdaya laut secara berkelanjutan. “Diharapkan negara-negara APEC, melalui perjanjian perdagangan dan kebijakan regional dapat mendorong penerapan konsep blue economy di wilayah Asia Pasifik,” tegas Sharif.

     Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Indra Sakti, SE, MM, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP. 0818159705)

Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2013