Jakarta (ANTARA) -
Anggota Dewan Pembina Yayasan Batik Indonesia (YBI) Prof. Dr. Rahardi Ramelan M. Sc M.E mengatakan indikasi geografis (IG) menjadi aspek penting dalam mengupayakan perkembangan batik Indonesia agar dapat menjaga kelestarian motif batik.

"Maka itu Yayasan Batik Indonesia bersama Kementerian Perindustrian bersemangat untuk mendapatkan izin batik. Yang pertama dapat izin indikasi geografis batik Nitik," ucap Rahardi dalam acara batik yang digelar di Jakarta, Rabu.
 
Indikasi geografis dalam pengertian umumnya merupakan tanda yang menunjukkan daerah asal sesuatu barang dan atau produk yang karena faktor lingkungan dan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi kedua faktor tersebut memberikan reputasi kualitas dan karakteristik tertentu pada barang yang bisa dibedakan dengan benda lain.

Definisi yang dianggap sulit ini menurut Rahardi menjadikan Indonesia kesulitan mendapatkan izin indikasi geografis karena perlu membatasi wilayah dengan jelas sesuai produksi barang tertentu.

Baca juga: Yayasan Batik Indonesia berbangga batik berkembang tak berbatas

Dalam mendapatkan izin di bidang kerajinan, ia mengatakan Indonesia cukup tertinggal dari negara lainnya seperti Thailand, India dan Vietnam yang sudah banyak mendaftarkan izin indikasi geografis.
 
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia di era pemerintahan Presiden B.J Habibie ini mengatakan dorongan dari kelompok yang memiliki kerajinan di daerah tertentu yang bisa mengangkat produknya dan mengusulkan untuk mendapat izin tersebut.
 
"Yang diingat indikasi geografis harus di usulkan dari bawah, harus usul dari kelompok-kelompok yang memiliki kerajinan batik itu mengusulkan melalui tingkat-tingkatnya. Disini kadang ada kesulitan," ucap Rahardi.
 
Ia juga mengatakan jika batik dari daerah di Indonesia terdaftar dalam indikasi geografis bisa menguntungkan tidak hanya dari penjualan produk tapi juga daerah yang mewakilinya. Hal ini juga bisa meningkatkan kunjungan wisata karena nilai daerahnya bisa naik hingga 10 persen karena indikasi geografis.
 
Saat ini batik yang sudah mendapatkan izin indikasi geografis adalah batik Nitik dari Yogyakarta, batik Complongan Indramayu, batik Besurek Bengkulu dan Sarung batik Pekalongan.
 
Sampai saat ini YBI masih terus mendorong tiga daerah lainnya untuk mendapatkan izin indikasi geografis yaitu batik Merawit dari Cirebon, batik Gedog dari Tuban, dan batik Gentong dari Madura.
 
Selain itu, Rahardi juga mengkhawatirkan perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam produksi batik akan mengurangi nilai seni yang ada pada batik.
 
Namun ia mengatakan selama AI digunakan untuk mendesain batik dengan seni dari pengrajin, menurutnya masih tidak masalah.
 
Ia berharap pedagang maupun produsen batik jujur untuk menulis batik yang dijualnya apakah batik tulis atau batik cap agar tidak banyak yang tertipu terlebih konsumen asing.

Baca juga: Yayasan Batik Indonesia hadirkan Gelar Batik Nusantara 2023

Baca juga: Hari Batik Nasional 2022 kian meriah dengan Rekor MURI hingga pameran

Baca juga: Dharma Pertiwi-Yayasan Batik Indonesia komitmen bantu atasi COVID-19

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
COPYRIGHT © ANTARA 2023