Tanjungpinang (ANTARA News) - Anggota Komisi X DPR Herlini Amran meminta Kementerian Pemuda dan Olah Raga segera memperbaiki tata kelola olah raga nasional untuk menyelamatkan citra dan prestasi Indonesia di ajang Islamic Solidarity Games Riau dan SEA Games Myanmar 2013.

"Tata kelola olah raga nasional dalam kondisi kritis, dan terdapat carut marut panitia pelaksana kejuaraan internasional. Selain itu, juga ditemukan hambatan penganggaran, dan buruknya pembinaan atlet nasional sehingga Islamic Solidarity Games (ISG) Riau tidak layak dilaksanakan sesuai jadwal, Juni 2013," ungkap Herlini, yang dihubungi dari Tanjungpinang, Rabu.

Politisi perempuan yang diusung Partai Keadilan Sejahtera itu mensinyalir terjadi penurunan kinerja KONI yang berimbas pada pembinaan atlet ISG. 

Dalam ajang ISG sebelumnya Indonesia hanya mampu menempati posisi 18 dengan perolehan 7 medali. Karena itu, ia menekankan pentingnya pembinaan atlet sebagai kunci prestasi ISG Riau mendatang, tanpa itu posisi Indonesia akan kian terpuruk.

"Bayangkan hanya tersisa dua bulan untuk persiapan, bagaimana caranya mengondisikan endurance atlet, bisa saja misalnya, ventilasi maksimum mereka tidak mencapai standar. Saya kira ini kelalaian jajaran Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), membiarkan Satlak Prima menganggur selama itu," ujarnya.

Herlini mengatakan, jika Kemenpora masih optimistis menyelenggarakan ISG tahun ini, maka Kemenpora harus segera menggenjot kinerja KONI dan KOI. Meski pelaksanaan ISG ditangguhkan, kata dia, Kemenpora sebaiknya segera membenahi kerja-kerja KONI dan KOI.

"Apalagi ini anggarannya sudah cair, sehingga tidak ada alasan lagi mengesampingkan pembinaan atlet. Jangan seperti sekarang, Kasatlak Prima-nya saja pesimis Indonesia mampu berjaya di pentas ISG Riau," katanya.

Di sisi lain, Herlini mulai melihat gejala keretakan antara KONI dan KOI, sehingga mengakibatkan menurunnya Kemenpora perlu atisipatif menyolidkan kembali setiap institusi pengelola olahraga.

Ia berjanji akan mendorong Kemenpora beserta para pemangku kepentingan olahraga agar duduk bersama DPR dan Kementerian Keuangan mencarikan starategi penganggaran khusus kejuaraan besar dan pembinaan atletnya. Untuk ISG ini, Kemenpora harus belajar dari hajatan SEA Games Palembang dan PON Riau sebelumnya, kendalanya selalu mekanisme penganggaran dan distorsi di lapangan.

"Kita perlu stategi alternatif, mungkin berupa cadangan anggaran khusus olahraga, dana abadi, sponsorship, atau pendanaan lain untuk menjaga kesenambungan pembinaan atlet nasional," ungkapnya.

Berdasarkan laporan Sesmenpora (27/03), sekitar Rp200 miliar yang bersumber dari APBN telah dikucurkan untuk penyelenggaran ISG Riau, disamping pembinaan atletnya dalam anggaran Satlak Prima yang mencapai Rp500 miliar lebih. Namun Satlak Prima mengeluh tidak ada anggaran untuk pembinaan atlet ISG yang sedianya dimulai Oktober 2012 atau Januari 2013.

"Atas dasar itu, saya mengingatkan Kemenpora agar lebih gigih merencakanakan kejuaraan olah raga," katanya.

Ia juga menyayangkan sikap panitia ISG daerah, yakni Gubernur Riau yang cenderung kurang realistis. Panitia daerah mestinya lebih jujur, berdasarkan evaluasi KOI, sebab masih ada venue dan stadion yang belum laik pakai.
(*)

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2013