London (ANTARA News) - Dua pekan setelah dinobatkan sebagai raja lapangan tanah liat setelah memenangi Grand Slam Prancis Terbuka untuk kedua kalinya secara berturut-turut, Rafael Nadal akan menghadapi tugas yang lebih menantang, yaitu membuktikan dirinya tetap jago di lapangan rumput Wimbledon, Inggris. Selain itu, ia juga dituntut publiknya untuk mampu menjadi petenis Spanyol pertama sejak 1966 yang mengangkat tropi Wimbledon. Telah 40 tahun berlalu, sejak Manuel Santana mengukir namanya di Wimbledon. Selama itu pula, petenis Spanyol belum ada yang berhasil menyamai meraih kembali tropi di Wimbledon, sekalipun banyak di antara mereka berhasil mengukir nama di kejuaraan Prancis Terbuka. Sejak 14 tahun terakhir, petenis-petenis Spanyol telah memenangi tujuh gelar Grand Slam Prancis Terbuka, tetapi banyak di antara mereka tidak memiliki keinginan untuk menguji kemampuan di lapangan rumput All England Club di Wimbledon, Inggris. Misalnya, petenis Albert Costa dan Sergi Bruguera memilih menginjakkan kaki mereka untuk menikmati sinar matahari di semenanjung Iberia selama musim turnamen lapangan rumput, namun Nadal mencoba tidak mengikuti kecenderungan seniornya semacam itu. Petenis belia asal Mallorca yang berotot bisep menonjol, tampil bercelana ala bajak laut dan rambut hitam panjangdibiarkan tergerai itu langsung berlatih di lapangan rumput, 24 jam usai merebut gelar Prancis Terbuka. "Saya sangat ingin bermain di lapangan rumput," kata Nadal saat mengikuti turnamen Stella Artois pekan lalu. Ia menimpali, "Seorang petenis Spanyol memenangi Prancis Terbuka itu sudah biasa, tetapi jika mereka dapat memenangi Wimbledon, maka hal itu baru bisa disebut luar biasa dan tidak dapat dipercaya." Menurut dia, "Wimbledon adalah grand slam yang ingin saya menangi. Hanya ada satu petenis Spanyol yang berhasil merebut gelar di Wimbledon, dan saya pun ingin memenanginya." Bagi petenis yang telah membukukan rekor tak terkalahkan selama 60 kali berturut-turut di lapangan tanah liat, Nadal tidak memiliki kekhawatiran mempertaruhkan reputasinya di lapangan terlicin itu. Sikap petenis berusia 20 tahun itu membuatnya sangat disegani. "Saya sangat menghargai caranya menilai Wimbledon dan apa yang ia katakan tentang turnamen ini," kata Andre Agassi, petenis Amerika Serikat (AS) yang di awal karir memboikot turnamen lapangan rumput di negaranya. Setelah hanya memenangi satu pertandingan di lapangan rumput pada 2005, Nadal menyadari kurangnya persiapan yang dimiliki untuk tampil di lapangan rumput, sehingga ia pun memilih turun di dua nomor pada turnamen Stella Artois, yaitu di nomor tunggal dan ganda. Pada perempatfinal melawan Hewitt, Nadal menunjukkan dirinya mampu mendominasi pertandingan pada set pertama. Ia mengejutkan petenis Australia tersebut lantaran selalu berusaha menyerang dari depan net. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006