Washington (ANTARA News) - Beberapa dekade terakhir adalah dekade dengan suhu terpanas di bumi dalam 400 tahun terakhir dan mungkin merupakan masa bersuhu terpanas dibanding sejak abad pertengahan, demikian dikatakan oleh para ilmuwan Amerika Serikat yang dilaporkan Reuters, Jumat. Dalam penelitian yang terpisah para ahli klimatologi mengatakan pemanasan bumi antara lain disebabkan oleh datangnya berbagai badai berkekuatan besar yang meningkatkann temperatur di wilayah Atlantik utara tahun lalu, termasuk badai Katrina. Dalam laporan yang dikeluarkan oleh lembaga Penelitian nasional (AS) para ilmuwan mengatakan merasa yakin temperatur dunia lebih panas pada saat 25 tahun terakhir dibandingkan dengan masa -masa sebelumnya didalam kurun waktu empat abad sebelumnya. Namun mereka tidak begitu yakin pada 25 tahun terakhir suhu lebih tinggi dibandingkan dengan periode tahun-tahun dari tahun 900 hingga tahun 1600 namun menemukan hal itu masuk akal. Untuk tahun-tahun sebelum tahun 900 para ilmuwan mengatakan mereka masih belum dapat meyakinkan mengenai temperatur permukaan bumi pada masa-masa lalu itu. Para peneliti tidak mempermasalahkan mengenai metoda dan sistem ukuran yang digunakan yang memperlihatkan dunia suhunya memanas sekitar 1 derajat Fahrenheit (0,6 Celcius) mengenai temperatur pada abad 20 yang mengalami kenaikan dibandingkan dengan abad sebelumnya. Ilmuwan juga mencatat temperatur bumi sebelum terjadi revolusi industri pada saat tingkat pemenasan suhu yang terbentuk dalam gas rumah kaca yang ingkatannya masih rendah saat itu - perubahan suhu bumi saat ini yang memanas kurang lebih disebabkan oleh kegiatan manusia dan bukannyanya perubahan yang berasal dari faktor alam. Variabilitas iklim "Variabilitas iklim alami adalah sesuatu yang kami ingin ketahui," kata Kurt Cuffey dari Universitas California di Berkeley yang bekerja di lLembaga Penelitian AS dan berbicara di sebuah situs mengenai laporan penelitian ilmiah itu. "Tetapi apabila kami mengetahui temperatur masih hangat pada tahun 1000 sama seperti sekarang jelas hal itu tak memiliki dampak terhadap perubahan suhu pada abad 20 dan tingkah laku manusia menjadi penyebab utamanya dan penting bagi kita untuk mengkajinya secara serius mengenai berapa banyak perubahan yang akan terjadi dalam masa beberapa abad mendatang," katanya. Faktor manusia yang menjadi penyebab utama perubahan temperatur bumi selama ini masih ramai diperdebatkan terutama penyangkalan paling keras datang dari pemerintahan Bush namun secara umum kalangan ilmuwan menerima hal itu sebagai kebenaran . Mempelajari perubahan temperatur selama 150 tahun terakhir sebenarnya tidaklah terlalu rumit sejak ditemukan catatan dan data ilmiah yang memadai. Namun untuk mengetahui apa yang terjadi atau seberapa perubahan dari periode ke periode pada masa-masa sebelumnya maka ilmuwan harus menggunakan sarana lain misalnya melihat pada kambium (lingkar cincin pada batang pohon), sisa-sisa zaman es, dan bahkan dari lukisan-lukisan tua dan catatan kuno yang menuliskan tentang suhu, iklim dan cuaca. Hal-hal seperti itu disebut proxies atau perkiraan dan ilmuwan mulai menggunakan hal itu namun dengan cara yang lebih canggih ditahun 1990an untuk memperkirakan temperatur bumi dalam era-era sebelumnya. Penelitian itu sebenarnya adalah permintaan dari Kongres AS yang dikejutkan oleh laporan ilmiah tahun 1998 yang dimuat di dalam Jurnal Nature yang menggunakan sejumlah nara sumber termasuk perkiraan-perkiraan untuk memperkirakan temperatur di wilayah bagian utara bumi selama 1000 tahun terakhir. Laporan ilmiah 1998 itu menyimpulkan bumi bersuhu lebih hangat pada akhir abad 20 dibandingkan pada masa milenium sebelumnya dan dekade 1990an adalah dekade dengan suhu yang paling panas dari seluruh masa -masa sebelumnya dan 1998 adalah tahun terpanas dari keseluruhan masa. Dalam laporan lainnya mengenai perubahan cuaca, satu analisis baru mengatakan bahwa memanasnya suhu bumi adalah akibat dari badai yang terjadi yang meningkatkan suhu permukaan air di wilayah tropis di Atlantik utara pada tahun 2005. Siklus alam sendiri merupkan faktor minor demikian dikemukakan oleh ilmuwan Kevin Trenberth dan Dennis Shea dari Lembaga Penelitian Atmosphere AS.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006