Singapura (ANTARA) - Dolar mencapai tertinggi empat minggu terhadap mata uang utama lainnya di sesi Asia pada Kamis sore, mengabaikan penurunan peringkat kredit AS yang menimbulkan keraguan pada prospek fiskal negara itu, dan malah mendapat dukungan dari data penggajian swasta yang kuat.

Data yang keluar pada Rabu (2/8/2023) menunjukkan penggajian swasta AS naik lebih dari yang diharapkan pada Juli, meningkatkan dolar karena menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja yang berkelanjutan.

Itu mendorong Aussie ke level terendah dua bulan di perdagangan Asia dan terhadap yen, greenback mencapai level tertinggi sejak 7 Juli.

Euro turun 0,09 persen menjadi 1,0928 dolar, sementara indeks dolar AS mencapai puncak empat minggu di 102,82, memperpanjang kenaikan 0,5 persen sesi sebelumnya.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga tetap tinggi karena prospek yang lebih tinggi untuk suku bunga AS yang lebih lama, dengan imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun yang jadi acuan mencapai level tertinggi hampir sembilan bulan di 4,1360 persen.

"Angka ADP yang kuat, sejauh ini dianggap sebagai ukuran penggajian non-pertanian, seolah-olah memunculkan banyak keuntungan dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS dan dolar AS," kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank.

Laporan penggajian non-pertanian AS yang diawasi ketat akan dirilis pada Jumat (4/8/2023).

Gelombang baru penghindaran risiko setelah lembaga pemeringkat Fitch menurunkan peringkat kredit tertinggi pemerintah AS dapat mengakibatkan beberapa pembelian safe-haven, kata yang lain, yang secara paradoks juga memberikan dukungan kepada dolar.

Langkah tersebut, yang mendapat tanggapan marah dari Gedung Putih dan membuat beberapa investor tercengang, telah memicu aksi jual di Wall Street pada sesi sebelumnya.

Nada hati-hati meluas ke Asia dan membuat dolar Australia berjuang untuk mendapatkan kembali penurunannya setelah mencapai titik terendah 0,6525 dolar AS di awal sesi.

Dolar Selandia Baru juga meluncur ke level terendah sejak akhir Juni di 0,6065 dolar AS, setelah jatuh lebih dari 1,0 persen pada Rabu (2/8/2023).

"Aset-aset berisiko lebih terpengaruh oleh penurunan peringkat Fitch," kata Tina Teng, analis pasar di CMC Markets. "Dolar AS sebenarnya menguat terhadap sebagian besar mata uang lainnya (dan) ada perdagangan penghindaran risiko di semua kelas aset."

Terhadap dolar yang lebih kuat, sterling turun 0,08 persen menjadi 1,27015 dolar, menjelang keputusan kebijakan moneter Bank Sentral Inggris pada Kamis, di mana bank sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga ke level tertinggi 15 tahun sebesar 5,25 persen dari 5,0 persen.

Yen terakhir hampir 0,4 persen lebih rendah pada 143,83 per dolar.

Mata uang Jepang telah berada di bawah tekanan minggu ini bahkan ketika Bank Sentral Jepang pada Jumat (28/7/2023) melonggarkan cengkeramannya pada suku bunga. Pembuat kebijakan juga dengan cepat menolak spekulasi bahwa langkah tersebut merupakan awal dari keluarnya dari kebijakan ultra-longgar bank sentral dalam waktu dekat.

"Pelemahan kemungkinan didorong oleh pelepasan normalisasi kebijakan perdagangan yang lebih signifikan," kata Karen Fishman, ahli strategi senior di Goldman Sachs.

Di tempat lain di Asia, yuan China sedikit menguat setelah data pada Kamis menunjukkan bahwa aktivitas jasa-jasa negara itu berkembang pada kecepatan yang sedikit lebih cepat pada Juli, meskipun investor terus mencari langkah-langkah dukungan lebih lanjut dari Beijing setelah pertemuan Politbiro minggu lalu.

"Kami akan menilai kebijakan spesifik yang diluncurkan dalam beberapa minggu mendatang sebelum kami mengubah alokasi kami di China," kata Gary Tan, manajer portofolio di Allspring Global Investments.

Baca juga: Dolar naik di Asia, kekuatan ekonomi AS kalahkan ketidakpastian fiskal
Baca juga: Dolar AS menguat setelah Fitch turunkan peringkat kredit AS

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA 2023