Johannesburg (ANTARA News) - Oposisi Afrika Selatan pada Senin menyatakan berencana mengajukan mosi parlemen untuk memaksa pemerintah segera menarik pasukannya dari Republik Afrika Tengah setelah 13 tentara tewas di sana dalam kudeta pimpinan pemberontak.

Kematian tentara dalam pertempuran dengan pemberontak perebut Bangui pada 24 Maret itu, yang terberat bagi Afrika Selatan sejak apartheid, menimbulkan pertanyaan atas mengapa mereka dikerahkan di negara bermasalah tersebut, lapor AFP.

Garis resmi adalah bahwa satuan kecil dikirim untuk melatih pasukan setempat di bawah kesepakatan 2007 antara Presiden Jacob Zuma dengan Presiden Afrika Tengah Francois Bozize, yang digulingkan.

Tapi, laporan media setempat menyatakan tentara itu dikirim untuk melindungi kepentingan usaha politisi tertentu Afrika Selatan di Republik Afrika Tengah.

Persekutuan Demokratik sebagai lawan dalam pernyataannya mengatakan akan mengajukan resolusi penting parlemen untuk memaksa presiden membawa pulang tentara.

"Mengingat silang pendapat terus menerus tentang pengerahan itu, ketiadaan amanat bagi tentara kami untuk tetap berada di CAR, kelanjutan ancaman keselamatan tentara dan kabar bahwa tentara mempertimbangkan balas dendam ke CAR, kami percaya bahwa seluruh tentara harus ditarik segera," katanya.

Zuma berada di bawah tekanan untuk menjelaskan mengapa pasukan dikirim ke Republik Afrika Tengah dan memberikan rincian tentang yang terjadi selama pertempuran mematikan untuk Bangui.

"Kesimpulannya tidak bisa dihindari bahwa pasukan Afrika Selatan dikerahkan untuk mempertahankan penguasa zalim dan goyah Bozize," kata Persekutuan Demokratik.

Sekitar 200 tentara Afrika Selatan menempur sekitar 3.000 pemberontak dari persekutuan Seleka, yang merebut Bangui dan kini membentuk pemerintahan dengan beberapa tokoh lawan, dipimpin oleh orang kuat baru Michel Djotodia.

Zuma pada Rabu dijadwalkan menghadiri temu puncak luar biasa Masyarakat Ekonomi Negara Afrika Tengah (ECCAS) di Chad.

Afrika Selatan tidak berencana segera menarik pasukannya dari Republik Afrika Tengah, kata Presiden Jacob Zuma pada pekan lalu sesudah 13 tentaranya tewas dalam bentrokan dengan pemberontak pada akhir pekan sebelumnya.

"Kami belum mengambil keputusan untuk mundur," kata Zuma kepada wartawan, "Tidak ada alasan bagi kami pergi. Kami mencari cara memperkuat pasukan kami dan cara untuk maju." (B002/Z002)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2013