Palu (ANTARA News) - Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) dan Kabupaten Banggai di wilayah timur Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) Minggu pagi diguncang gempa tektonik kuat, mengakibatkan penduduk setempat panik dan berhamburan keluar rumah. Hasil analisis Stasiun Geofisika Palu yang diterima ANTARA News, Minggu pagi, menyebutkan gempa yang terjadi pukul 05:15 Wita dan berlangsung sekitar 30 detik itu berkekuatan 5,8 pada Skala Richter berpusat dikoordinat 0,30 Lintang Selatan dan 123,47 Bujur Timur dengan kedalaman 60km di bawah permukaan laut. Pusat gempa tersebut berada di Laut Maluku, atau 102km arah timur laut kota Luwuk (ibukota Kabupaten Banggai). Sementara itu, sesaat setelah terjadi gempa, penduduk kota Luwuk dan Banggai (ibukota Kabupaten Bangkep) kalang kabut dan berhamburan keluar rumah, karena khawatir tertimpa reruntuhan bangunan. Bahkan hingga saat ini masih banyak warga di kedua kabupaten bertetangga tersebut belum berani masuk ke dalam rumah karena khawatir terjadi gempa susulan yang lebih kuat dan dapat membahayakan jiwa mereka. "Begitu kerasnya guncangan gempa, banyak pajangan di rumah kami jatuh berhamburan di lantai," kata Ahmad Sinukun, warga Kelurahan Baru, Kecamatan Luwuk, saat dihubungi per telepon dari Palu. Warga lainnya, Siti Ni`mah mengaku banyak orang berhamburan keluar rumah saat terjadi gempa, namun tidak ada yang mengungsi kecuali bertahan di teras dan halaman rumah masing-masing. "Gempanya memang terasa kuat, tapi tidak ada kerusakan di sekitar rumah kami atau rumah tetangga. Ya, hanya sekadar mengingatkan warga untuk segera melaksanakan Sholat Shubuh," katanya dengan nada tenang. Belum ada laporan resmi mengenai akibat buruk yang ditimbulkan gempa kategori dangkal tersebut, namun pihak Stasiun Geofisika Palu mengaku telah menerima laporan dari seorang penelepon dari Luwuk bahwa atap rumahnya roboh. Dua kabupaten di bagian timur Provinsi Sulteng tersebut pada 5 Mei 2000 diguncang gempa tektonik dangkal berkekuatan 6,5 pada Skala Richter, dengan mengakibatkan 51 orang tewas, ribuan lainnya cedera, serta 23 ribu bangunan mengalami kerusakan, separuh di antaranya roboh dan rusak berat. Sekalipun demikian, para korban gempa tersebut hingga kini belum pernah memperoleh kompensasi dana kemanusiaan dari pemerintah, baik yang meninggal dunia, cedera, maupun yang rumah tinggal dan tempat usahanya rata dengan tanah.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006