Munich (ANTARA News) - Pelatih kesebelasan Jerman, Jurgen Klismann, baru dua tahun menggeluti profesi sebagai pelatih, tapi kendati minim pengalaman, berhasil membawa tim tuan rumah Piala Dunia 2006 itu ke perempat-final dengan kemenangan terakhir 2-0 atas Swedia, Sabtu (24/6). Dua gol dari Lukas Podolski dalam 12 menit pertama, cukup untuk menundukkan Swedia yang turun dengan sepuluh pemain, setelah Teddy Lucic dikeluarkan dari lapangan setelah menit ke-34. Klinsmann pun gembira, dan publik Jerman kembali meneriakkan namanya sebagai pengakuan atas prestasinya bersama tim. Pelatih berusia 41 tahun itu menolak pujian, dan lebih memuji tim, tapi mengakui keterampilan manejerialnya berasal dari mendengarkan para pelatih selama karirnya sebagai pemain. "Saya tidak banyak mempunyai pengalaman melatih, tapi saya pernah ditangani sekitar 18 pelatih selama karir bermain saya, dan banyak belajar dari mereka," kata Klinsmann. Ia pun menimpali, "Saya bermain dibawah Franz Beckenbauer, Giovanni Trapattoni, Berti Vogts dan Ossie Ardiles, jadi saya banyak pengalaman dan banyak belajar tentang permainan dari mereka semua." Klinsmann memenangi Piala Dunia 1990 bersama Jerman Barat dibawah asuhan Beckenbauer, dan kemudian merebut Euro 1996 bersama Jerman bersatu dibawah pelatih Berti Vogts. Dalam karir klubnya, pemain penyerang berbakat itu bermain di Bayern Munich dibawah maestro Italia, Giovanni Trapattoni, dan kemudian Ossie Ardiles --salah seorang bintang sepakbola Argentina-- di Tottenham Hotspur. Ardiles terkenal dengan permainan sepakbola menyerang, dan Klinsmann menerapkan taktik yang sama bersama tim Jerman di Piala Dunia 2006. "Kami bisa tangguh dalam bertahan, tapi senantiasa yakin kami bisa mencetak gol ke gawang lawan. Kami tahu, jika ingin menampilkan permainan terbaik, kami perlu sepakbola dengan tempo dan teknik tinggi," ujar Klinsmann. Selain itu, ia menyatakan, "Kami sudah belajar selama dua tahun, dan kini kami mampu menampilkan permainan terbaik di dunia dan itu membuat kami bangga." Klinsmann mengakui, dia sudah belajar dari asisten Joachim Low, saat di VfB Stuttgart, ketika dia menawarkan nasihat teknis. "Kami amat siap dalam bidang pelatihan. Joachim Low dan pelatih lain menambah pengalaman saya. Saya banyak belajar dari dia. Saya tahu, jika kami bisa mengombinasikannya dengan tepat, maka kami akan berhasil." katanya. Ketika Rudi Voller mundur selaku pelatih Jerman setelah gagal pada Euro 2004, ketika Jerman tak pernah menang dalam setiap pertandingannya, kesebelasan nasional negara itu benar-benar terpuruk. Setelah dilecehkan mantan pelatih Bayern Munich, Ottmar Hitzfeld, pelatih Yunani, Otto Rehhagel, dan Arsene Wenger dari Arsenal, Jerman melirik Klinsmann, yang mempromosikan perusahaan pemasaran olahraganya di Amerika Serikat (AS). Ternyata, ia membantu mengubah nasib kesebelasan nasional Jerman. Kesebelasan Jerman, pemenang tiga kali Piala Dunia, kini tinggal menggelar dua pertandingan sebelum mencapai target Klinsmann, masuk final di Berlin pada 9 Juli 2006. "Kami sudah mencapai perempat-final, tapi saya ingin lebih jauh, sama halnya dengan tim," kata Klinsmann. Ia mengemukakan, "Kami selalu mengatakan, kami ingin mencapai final, dan itu tetap menjadi tujuan. Kami mencapai ini dengan dukungan warga Jerman, dan berharap itu berlanjut." Klinsmann selama ini mendapat kritik keras, karena harus bolak-balik ke Kalifornia (AS) untuk melihat keluarganya, manakala ia melatih tim nasionalnya. Kalangan pers menuduh, dia meremehkan tugasnya, tapi kini Klinsmaan membuktikan keberhasilannya secara mulus. "Kini saya sudah menetap di Jerman, jadi tidak jadi masalah. Itu pendekatan yang tidak biasa bagi sementara orang, tapi sebenarnya tidak jadi masalah di mana pelatih akan tinggal. Guus Hiddink bertugas di Belanda bersama PSV Eindhoven, dan menangani Australia," demikian argumentasi Klinsmann. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006