Jakarta (ANTARA News) - Perairan hangat kuno yang membentang dari Indonesia ke Afrika dan Amerika Selatan empat juta tahun lalu menunjukkan model-model iklim yang mungkin terlalu konservatif dalam peramalan perubahan iklim.

Para peneliti University College London (UCL) dan Yale menemukan perairan raksasa itu akan mengubah curah hujan di daerah tropis secara dramatis, bahkan mungkin menghapus musim hujan (monsoon).

Hilangnya data mengenai fenomena itu membawa implikasi signifikan dalam peramalan iklim masa depan.

"Pada dasarnya, kami telah melihat dunia yang hangat pada masa lalu dan itu menunjukkan perubahan pola temperatur permukaan laut tropis. Kami telah menganalisis semua teori-teori yang ada untuk menjelaskan kolam besar kuno air hangat itu," kata salah satu peneliti Geografi UCL, Chris Brierley.

Paparan ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal Nature itu menunjukkan tidak ada mekanisme yang diusulkan saat ini bisa menjelaskan kondisi saat Pliosen, ketika diuji dengan sebuah model iklim.

Tim peneliti menganalisis semua catatan suhu permukaan laut yang tersedia dan mencakup data lima juta tahun lalu.

Para peneliti mendefinisikan tiga kondisi kritis iklim tropis Pliosen yaitu bukti suhu laut maksimum tidak menjadi lebih hangat, pengurangan perbedaan suhu (belahan dunia) timur dan barat, dan pelemahan perbedaan suhu utara-selatan di daerah tropis.

"Dalam banyak hal, (tesis) ini berlaku pada iklim masa lalu sebagai bagian dari pemahaman atas ketidakpastian iklim pada masa depan. Hal ini akan memberikan kita gambaran potensi iklim yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya," kata Brierley.

(I026)

Penerjemah:
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2013