Jakarta (ANTARA News) - Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Mun`im DZ menilai ada upaya mereduksi peran KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dalam membangun Indonesia yang lebih baik dengan hanya menyebutnya sebagai tokoh pluralis.

"Yang diperjuangkan Gus Dur adalah keadilan sosial. Jangan direduksi hanya pejuang atau tokoh pluralisme," kata Mun`im dalam diskusi bertajuk "PKB Penerus Perjuangan Gus Dur" di Sekretariat DPP PKB Jakarta, Minggu.

Aktivis senior NU itu mengatakan, Gus Dur sejak awal berorientasi menjadikan Indonesia bangsa yang besar.

"Kalau Gus Dur membela minoritas Tionghoa, iya. Namun, itu hanya varian saja. Gus Dur lebih besar dari itu," katanya.

Dia meminta PKB melanjutkan pemikiran besar itu dengan membangkitkan semangat juang dan volunterisme yang memang masih ada.

"Pusaka dari Gus Dur harus terus kita kembangkan. Semangat volunterisme, semangat juang masih ada, hanya perlu dibangkitkan kembali. Kultur masih solid, harus ditopang organisasi yang solid," katanya.

Sementara itu mantan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid, Yahya C Staquf, mengatakan sebagai seorang santri, pondasi nasionalisme Gus Dur sangat kuat.

"Nasionalisme itu naluri, bukan lagi konsep bagi seorang santri karena Indonesia itu dirintis oleh santri. Itulah kenapa Gus Dur sangat mencintai Indonesia," katanya.

Menurut Yahya, gagasan dan pemikiran Gus Dur sangat dipengaruhi pengalamannya sebagai santri yang ditempa di pesantren.

"Cara berpikir, cara bertindak, dan semua yang digagas Gus Dur bermula dari alam santri," katanya.

Sebagai cucu ulama besar pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy`ari, Gus Dur diyakini mendapat pendidikan yang khas dan melebihi santri biasa.

"Saya menyadari bahwa tindakan dan ucapannya dapat dipertanggungjawabkan dalam konteks ilmunya seorang santri, Gus Dur serba fikih, fikih usuli," katanya.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2013